Langsung ke konten utama

Peninggalan Dinasti Ming Ditemukan di Kepulauan Aru

keramik dinasti ming

Situs permukiman kuno Uifana di Pulau Ujir, Kecamatan Pulau-Pulau Aru, Kabupaten Kepulauan Aru, menyimpan fragmen keramik Tiongkok abad ke-16, peninggalan zaman Dinasti Ming.

"Ada banyak fragmen keramik Tiongkok yang kami temukan di sana, setelah diidentifikasi, yang paling tua adalah peninggalan zaman Dinasti Ming," kata Arkeolog Wuri Handoko dari Balai Arkeologi Ambon, di Ambon.

Ia mengatakan, Uifana yang berada di tengah hutan di Pulau Ujir merupakan satu-satunya permukiman Muslim kuno yang pernah ditemukan di wilayah Kepulauan Aru. Situs yang usianya hingga kini masih berusaha ditelusuri oleh tim arkeolog dari Balai Arkeologi Ambon tersebut, kemudian ditinggalkan penghuninya karena porak-poranda dihantam pasukan pendudukan Jepang.

Tapi jika dilihat dari banyaknya temuan fragmen keramik Tiongkok kuno di atas permukaan lapisan tanah, diduga proses perdagangan di sana telah cukup maju, bahkan jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa ke wilayah Maluku, namun jalur-jalur niaganya belum bisa dipastikan dengan jelas.

"Usia awal keberadaan pemukiman itu masih harus ditelusuri lebih dalam lagi. Setelah kalah perang, masyarakatnya membangun pemukiman baru di Desa Ujir, berkisar 1,5 kilometer dari Uifana," ucapnya.

Ahli kepurbakalaan Islam itu menambahkan, meski belum diketahui secara pasti masuknya ajaran Islam di Uifana, diduga agama Islam telah berkembang di sana sejak abad ke-16 atau 17 Masehi.

Ini dikarenakan menurut kisah turun-temurun masyarakat Desa Ujir mengenai masjid tua mereka di Uifana, bentuknya masih beratap tumpang tiga dengan tiang alif di atasnya, sama dengan ciri khas bangunan peribadatan umat Muslim di Maluku pada abad ke-16 - 17 Masehi. "Uifana juga pernah diduduki Bangsa Eropa tapi mereka berhasil mengusir penjajah, benteng peninggalan itu kemudian dialih fungsikan menjadi masjid," ucapnya.

sumber : Okezone.com

Postingan populer dari blog ini

3 Golongan Besar Umat Islam

Ada tiga tipe umat terkait sikap mereka terhadap Alquran: dhalimun linafsih, muqtashid, dan saabiq bil khairaat. (1) Dhalim linafsih : Artinya orang yang menganiaya diri sendiri, yaitu mereka yang meninggalkan sebagian amalan wajib dan melakukan sebagian yang diharamkan. Seperti, orang menjalankan salat tetapi korupsi, menjalankan saum Ramadan tetapi suka riya, pergi salat Jumat tetapi menggunjing orang, membayar zakat tetapi menyakiti tetangga, membelanjai istri tetapi juga menyakitinya, berhaji tetapi menzalimi karyawan. Pendek kata, dhalimun linafsih adalah orang yang terpadu dalam dirinya kebaikan dan keburukan, yang wajib kadang ditinggalkan, yang haram kadang diterjang. (2) Muqtashid : Artinya orang pertengahan, yaitu mereka yang menunaikan seluruh amalan wajib dan meninggalkan segala yang haram, walau terkadang masih meninggalkan yang sunah dan mengerjakan yang makruh. Seluruh kewajiban ia penuhi, baik kewajiban pribadi (seperti salat, zakat, puasa, dan haji) maupun kewajiba...

Dibalik Penggunaan Abu Gosok

Abu gosok dikenal masyarakat sebagai bahan untuk mencuci peralatan dapur yang nodanya susah hilang. Biasanya penggunaannya dibarengi dengan serabut kelapa dan air hangat. Di zaman yang semakin modern saat ini jarang kita temui perempuan atau ibu rumah tangga yang masih memanfaatkan abu gosok, meskipun masih ada sebagian dari mereka di beberapa tempat seperti pedalaman desa yang menggunakannya. Seiring dengan munculnya beberapa produk kebersihan alat rumah tangga yang semakin canggih. Sehingga fungsi abu gosok sebagai pembersih alat dapur jadi bergeser dan tergantikan. Sebenarnya abu gosok ini terbilang alami karena berasal dari limbah pembakaran tumbuhan. Biasanya dari sekam padi. Kandungan kalium yang terdapat di dalam abu gosok inilah yang berperan penting dalam menghilangkan noda membandel pada ketel atau peralatan dapur lainnya. Kalium yang bereaksi dengan air menghasilkan Kalium hidroksida yang bersifat basa sehingga mampu bereaksi terhadap kotoran dan mengangkatnya keluar. ...

Berbuat Baik Terhadap Orang Lain

Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan juga demikian, dan kebaikan itu juga sebaik perilakunya. Orang-orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari semua perbuatan itu adalah mereka yang melakukannya hal tersebut. Mereka akan merasakan buahnya seketika itu juga di dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka. Sehingga mereka pun selalu lapang dada, tenang, serta merasa tenteram dan damai. Ketika kita diliputi kesedihan dan kegalauan dalam hidup, maka berbuat baiklah terhadap sesama, niscaya akan mendapatkan ketentraman dan kedamaian hati. Dengan cara, sedekahilah orang yang fakir, tolonglah orang yang terdzalimi, ringankan beban orang yang menderita, berilah makan orang yang kelaparan, jenguklah orang yang sakit, dan bantulah orang yang terkena musibah, niscaya kalian akan merasakan kebahagiaan dalam semua kehidupan yang kalian jalani. Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya, tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya...