Ketika hati tak bisa berdusta Bibir tak dapat lagi tuk berkata Tak jua mampu terelakkan mata Semua diserang dengan pukul rata Sosok itu tak memandang harta Ia tak lagi menghiraukan tahta Tepiskan lekuk-lekuk akan kasta Berjalan cuek walau beda strata Meski ia keliahatan sepertinya buta Namun memadukan rama dan shinta Hanya mengangga adanya diri kita Serasa keindahannya di pantai kuta Ia hadir membuat pikiran jadi tersita Rasa berdebar rindu meronta-ronta Tidur, makan nasibnya terlunta-lunta Menyisakan rasa yang mengalunkan gita Meski sesak bersama dalam kereta Hanya akrab dengan roti dan pasta Semua indah serasa suasana delta Tanpa hiraukan kejamnya ibu kota Saat bersemi sarat kabar berita Menjejal dan berkutat dalam goresan tinta Romantika rasa tersave dalam data Semua menghiasi beribu cerita Namun, ia bisa ternodai oleh nista Bergulat bagaikan hewan melata Menggeliat manja bak sosok balita Nganjuk, 7 Januari 2012...
Pengalaman adalah guru terbaik dalam hidup