Langsung ke konten utama

Mitos yang Tidak Benar tentang Pascasarjana

mitos-yang-tidak-benar-tentang-pascasarjana-WXeHaKvV15

Kerap kali ada sejumlah mitos yang menyebarkan pesan-pesan negatif terhadap suatu hal. Sama seperti sejumlah mitos berikuti ini mengenai pascasarjana.

Apa saja mitos-mitos yang dimaksud? Berikut ulsannya:

1. Tidak siap menghadapi lingkungan kerja

Jika kamu sudah bekerja keras selama berkuliah, mempelajari berbagai ilmu serta pengetahuan yang sesuai dengan jurusan yang kamu ambil, kamu akan bisa belajar dengan spesifik tentang pekerjaan yang akan kamu jalani nantinya.

2. Sulit menemukan pekerjaan

Di zaman yang semakin modern ini, mencari pekerjaan memang sulit, namun bukan berarti tidak mungkin. Walaupun sulit, jangan sampai berpikir bahwa akan sulit mendapatkan pekerjaan. Demikian seperti dikutip dari Levo, Sabtu (4/7/2015).

3. Kehidupan semakin menurun

Hidup itu penuh misteri. Kuliah menjadi masa kehidupan yang terbaik. Usai lulus kamu akan menemukan tantangan, hal yang menarik bahwa menakutkan. Tujuannya adalah agar hidupmu bisa maju ke depan.

4. Butuh dana besar untuk bertemu orang hebat

Ada banyak seminar atau acara-acara penting yang dihadiri oleh orang-orang hebat. Namun, tidak berarti bila kamu ingin datang ke acara tersebut harus menyiapakn budget yang besar.

5. Tinggal bersama keluarga kurang baik

Usai lulus, ada baiknya kita bisa mencoba untuk hidup mandiri dengan tinggal tidak lagi bersama orangtua. Namun apa salahnya bila kamu ingin tinggal bersama keluarga atau orangtua. Hal itu bukanlah hal yang buruk.

sumber : http://news.okezone.com/read/2015/07/03/65/1175643/mitos-yang-tidak-benar-tentang-pascasarjana

Postingan populer dari blog ini

3 Golongan Besar Umat Islam

Ada tiga tipe umat terkait sikap mereka terhadap Alquran: dhalimun linafsih, muqtashid, dan saabiq bil khairaat. (1) Dhalim linafsih : Artinya orang yang menganiaya diri sendiri, yaitu mereka yang meninggalkan sebagian amalan wajib dan melakukan sebagian yang diharamkan. Seperti, orang menjalankan salat tetapi korupsi, menjalankan saum Ramadan tetapi suka riya, pergi salat Jumat tetapi menggunjing orang, membayar zakat tetapi menyakiti tetangga, membelanjai istri tetapi juga menyakitinya, berhaji tetapi menzalimi karyawan. Pendek kata, dhalimun linafsih adalah orang yang terpadu dalam dirinya kebaikan dan keburukan, yang wajib kadang ditinggalkan, yang haram kadang diterjang. (2) Muqtashid : Artinya orang pertengahan, yaitu mereka yang menunaikan seluruh amalan wajib dan meninggalkan segala yang haram, walau terkadang masih meninggalkan yang sunah dan mengerjakan yang makruh. Seluruh kewajiban ia penuhi, baik kewajiban pribadi (seperti salat, zakat, puasa, dan haji) maupun kewajiba...

Dibalik Penggunaan Abu Gosok

Abu gosok dikenal masyarakat sebagai bahan untuk mencuci peralatan dapur yang nodanya susah hilang. Biasanya penggunaannya dibarengi dengan serabut kelapa dan air hangat. Di zaman yang semakin modern saat ini jarang kita temui perempuan atau ibu rumah tangga yang masih memanfaatkan abu gosok, meskipun masih ada sebagian dari mereka di beberapa tempat seperti pedalaman desa yang menggunakannya. Seiring dengan munculnya beberapa produk kebersihan alat rumah tangga yang semakin canggih. Sehingga fungsi abu gosok sebagai pembersih alat dapur jadi bergeser dan tergantikan. Sebenarnya abu gosok ini terbilang alami karena berasal dari limbah pembakaran tumbuhan. Biasanya dari sekam padi. Kandungan kalium yang terdapat di dalam abu gosok inilah yang berperan penting dalam menghilangkan noda membandel pada ketel atau peralatan dapur lainnya. Kalium yang bereaksi dengan air menghasilkan Kalium hidroksida yang bersifat basa sehingga mampu bereaksi terhadap kotoran dan mengangkatnya keluar. ...

Berbuat Baik Terhadap Orang Lain

Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan juga demikian, dan kebaikan itu juga sebaik perilakunya. Orang-orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari semua perbuatan itu adalah mereka yang melakukannya hal tersebut. Mereka akan merasakan buahnya seketika itu juga di dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka. Sehingga mereka pun selalu lapang dada, tenang, serta merasa tenteram dan damai. Ketika kita diliputi kesedihan dan kegalauan dalam hidup, maka berbuat baiklah terhadap sesama, niscaya akan mendapatkan ketentraman dan kedamaian hati. Dengan cara, sedekahilah orang yang fakir, tolonglah orang yang terdzalimi, ringankan beban orang yang menderita, berilah makan orang yang kelaparan, jenguklah orang yang sakit, dan bantulah orang yang terkena musibah, niscaya kalian akan merasakan kebahagiaan dalam semua kehidupan yang kalian jalani. Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya, tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya...