Keberadaan universitas terbuka (UT) sebagai universitas negeri milik pemerintah mungkin tidak sepopuler universitas negeri yang lain. Hal ini memang karena UT bukanlah universitas yang beroperasi sebagaimana biasanya universitas (tradisional) yang menuntut dan memerlukan kehadiran secara fisik mahasiswa-dosen di kampus sehari-harinya. Sehingga UT tidak begitu dikenal oleh para calon mahasiswa terutama para siswa sekolah lanjutan atas yang tengah mencari perguruan tinggi tempat melanjutkan studinya. Sebagai universitas yang bertugas mengadakan pendidikan jarak jauh UT tidak menyelenggarakan perkuliahan di ruang-ruang kelas, melainkan menyiapkan bahan ajar matakuliahnya dalam bentuk cetak (hardcopy) dan non cetak (soft copy).
Disamping menyiapkan bahan ajar yang berbentuk media buku, jurnal, dan publikasi cetak lainnya UT juga menyediakan bahan ajar yang tersimpan dalam bentuk soft copy dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dalam konteks ini maka mahasiswa dapat membaca buku atau belajar dimana dan kapan saja sesuai waktu yang dimiliki. Tidak hanya membaca buku tetapi mereka bisa mengakses internet dan atau online dengan program-program belajar yang disediakan UT dalam upaya memperoleh pemahaman atas matakuliah yang dipelajarinya.Jika pada universitas tradisional sumber belajar utamanya adalah dosen dan perpusatakaan, maka di UT mahasiswa tidak langasung belajar dari dosen tetapi sumber belajar ada yang di desain oleh UT seperti yang disebut diatas berupa buku-buku matakuliah yang diterbitkan UT, juga yang terkelola dengan menggunakan kecanggihan TIK, tetapi UT juga mengarahkan mahasiswanya untuk menggunakan sumber-sumber belajar yang ada diluar UT seperti museum, bengkel workshop, tenaga ahli dan lain-lain baik itu berupa tempat/lokasi, organisasi, proses kegiatan, pabrik atau pun manusia termasuk makhluk hidup. Semua sumber belajar ini bisa dimanfaatkan sedemikian rupa sesuai peruntukannya oleh UT guna meningkatkan pemahaman dan kompetensi akademik mahasiswa UT.
Waktu belajar mahasiswa UT tidak terikat dengan jadwal tertentu. Mahasiswa belajar pada saat pagi hari, siang, sore atau malam, bagi mahasiswa yang sibuk bekerja di waktu pagi dan siang misalnya bisa belajar setelah pulang kerja atau di saat libur akhir pekan. Prinsipnya belajar mahasiswa UT itu dimana dan kapa saja yang memungkinkan mereka melakukannya, dengan demikian efektivitas dan efiensi waktu seharinya-harinya bisa terjaga asalkan sang mahasiswa pandai-pandai menyikapi dan memanfaatkannya secara cermat. Kemandiriann dan kedewasaan dalam mengelola waktu (time managemet) mesti dimiliki mahasiswa. Untuk kasus seperti ini mungkin pihak UT perlu juga memberikan pelatihan time management kepada mahasiswa karena pada umumnya mereka yang baru lulus SMA/SMK/MA belum tertempa dengan baik dalam mengelola waktu. Mereka yang berhasil memanfaatkan waktu dengan baik secara efisien bisa meningkatkan efektivitasnya dalam mengisi kehidupannya sehari-hari. Orang yang seperti ini akan mampu menjadi mahasiswa UT disatu pihak dan bekerja atau melakukan hal-hal lain dilain pihak, sehingga keduanya (belajar dan bekerja) dapat diriahnya secara seimbang.
Mereka yang selama ini sibuk dengan pekerjaan atau tidak bisa mengikuti aturan kuliah di universitas biasa yang mengharuskan kehadiran fisik secara penuh setiap harinya, disarankan agar mengikuti saja perkuliahan di UT yang masuknya tanpa tes seperti di SNMPTN itu. Pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan sehari-hari tidak terputus sementara mereka bisa sambil belajar di perguruan tinggi (UT). Untuk itulah saya pernah menyarankan dan mengusulkan melalui media cetak nasional terbitan Jakarta agar pemain Timnas Sepakbola U 19 kita yang kebanyakan dalam usia belajar diperguruan tinggi agar PSSI memfasilitasi para pemain untuk melanjutkan studinya di UT.
Kerjasama UT dan PSSI untuk memberikan kesempatan belajar di UT bagi para pemain memungkinkan tercapainya kedua keinginan atau two in one yakni kekompakan, soliditas dan keberasamaan sebagai pemain Timnas tetap terjaga sementara disisi lain yakni mendapatkan pendidikan layak yang bermutu bagi para pemain juga tetap terpenuhi. Kondisi pemain Timnas U 19 kita sedang dalam top performance dan perlu dipelihara agar situasi kondusif ini terus berlanjut bahkan meningkat, oleh karena itu para pemain mesti tetap bersama-sama setiap waktu dan setiap saat baik dalam masa berlatih maupun tatkala berada diluar latihan. Pada setiap pertandingan berskala internasional iklim suasana tim yang menyatu yang dapat memberi semangat kelomp[ok (kelompok) mesti diutamakan. Oleh karena itu tim jangan dipengaruhi situasi luar yang tidak kondusif baik secara kuantitatif maupun kualitatif, termasuk jika mereka harus meninggalkan pusat latihan untuk kuliah yang cukup pada di universitas biasa. Oleh sebab itu UT merupakan salah satu solusi jitu bagi para pemain melanjutkan studi, dan melalui kerjasama dengan pihak UT tentu kegiatan tutorial matakuliah bagi pemain Timnas dapat saja dipertimbangkan sepanjang mereka adalah putra terbaik bangsa berprestasi ditingkat dunia.
Sebagaimana diketahui bahwa UT telah puluhan tahun menyelenggarakan pendidikan jarak jauh ini dengan baik. Dalam kurun waktu duapuluhan tahun itu UT berhasil meluluskan ribuan S1 dan S2. Banyak pejabat-pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat yang merupakan lulusan UT, sebut saja misalnya Mantan Ketua BIN Dr. Hendropriyono yang merupakan lulusan UT. Universitas ini juga berhasil mengemban misi diantaranya memeratakan dan meningkatkan kuliatas pendidikan bagi semua warga bangsa tanpa diskriminasi dan memiliki jangkuan luas dibanding universitas. Izasah UT diakui sama denngan universitas negeri lainnya karena UT memang universitas negeri ke 45 milik pemerintah. Oleh karena itu keberadaan UT ini perlu lebih disosialisasikan guna mengemban misi pemerataan pendidikan dan peningkatan mutu SDM Indonesia yang wilayah jangkauannya di negeri ini demikian luas.