Langsung ke konten utama

Problem Lalu Lintas dan cara berpikir linear

Problem selalu muncul dan setiap problem muncul baru diupayakan solusinya, beginilah kebiasaan kita dan pemimpin bangsa dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Masalah muncul baru dicarikan soulisnya merupakan fenomena yang kerap muncul di negeri ini. Amat jarang kita berpikir jauh kedepan dengan mengkalkulasi potensial problem yang akan muncul dimasa mendatang. Kebanyakan dari kita hanya melihat situasi yang tengah dihadapi tanpa mau berusaha mengantisipasi masalah yang bakal lebih rumit lagi akan muncul.

Persoalan lalu lintas yang kini makin rumit merupakan salah satu contoh dari cara berpikir yang "menggampangkan" persoalan tanpa mau bersusah payah sedikit memikirkan persoalan yang bakal terjadi dalam 5 sampai 10 tahun kedepan terhadap kerumitan lalu lintas. Sekarang ini kota-kota besar di Indonesia menghadapi persoalan lalu lintas yang demikian parah tanpa ada antisipasi yang memadai sebelumnya. Hal ini menyebabkan solusi yang diajukan sudah terlambat karena tidak dipikirkan sebelumnya saat 10 tahun bahkan 20 tahun yang lalu.

Andaikata 20 tahun yang lalu sudah dicanangkan dan disusun rencana pembuatan sistem transportasi publik yang komprehensif dan memadai tentu kerumitan yang saat ini kita alami tidak akan ada. Pada 20 tahun lalu masyarakat terutama pemimpinnya asyik masyuk menikmati lengangnya jalan raya, mengendarai mobil masih nyaman, lalu lintas lancar, tidak ada kemacetan berarti, semuanya terbius dengan situasi tersebut, sehingga luput memikirkan ekses pembangunan yang dilakukan. Pada situasi sekarang yang kondisinya lalu lintas dengan kepadatan di jalan-jalan yang sudah luar biasa akan sulit dan berat menata sistem transportasi di jalan raya. Hal ini karena kegiatan warga sudah demikian tinggi dan mustahil untuk dihentikan, sementara pembangunan sistem transportasi mau tidak mau mesti dilakukan dalam situasi keramaian lalu lintas dewasa ini.

Tapi apa boleh buat bila tidak segera dilakukan perbaikan sistem transportasi di kota-kota besar di Indonesia maka fenomena lalu lintas kita akan semakin runyam bahkan menjurus "chaos" alias kacau balau dan ini sudah mulai menampakkan tanda-tandanya. Lambatnya berpikir penguasa daerah dan pusat mengatasi problematika yang dihadapi warga ini karena para elite mereka terkesan hanya memikirkan dirinya sendiri yang duduk nyaman dengan mpobil mewah sehingga kurang merasakan kesulitan di jalan raya. Kini mereka mau tidak mau juga mengalami kesemrawutan lalu lintas dan kalau sudah begini baru elite pejabat kalang kabut membuat rencana solusi.

Cara berpikir linear adalah cara beripikir tertib dan mengikuti aturan, satu persatu, ber urut-urutan. Jika satu hal selesai dikerjakan baru menyelesaikan perkejaan berikutnya. Cara berpikir seperti ini mengikuti tradisi dan telah merasuk ke berbagai bidang kehidupan terutama pula di bidang pendidikan tempat para penguasa negeri ini merasakannya. Akibatnya, potensial problem luput dari perhatian karena sudah terbiasa berpikir taat azas tersebut. Cara berpikir ini yang mendominasi para pengambil kebijakan termasuk pemangku kepentingan dibidang lalu lintas. Selama bertahun-tahun mengikuti pendidikan di Indonesia anak didik dicekoki dengan cara berpikir linear yang hanya memiliki satu jawaban benar dan mengikuti kaidah yang ditentukan. Alhasil, bila ada anak didik yang menjawab berbeda dalam persoalan sosial dalan paradigma berpikir macam ini tentu akan disalahkan oleh sang guru.

Beginilah akhirnya kualitas kita dalam bekerja termasuk kualitas para elit pejabat dalam memimpin rakyatnya yang merupakan produk/hasil pendidikan dengan sistem linear tersebut. Lawan dari berpikir linear adalah berpikir lateral, menyamping atau secara kreatif keluar dari pakem tapi dalam upaya memperoleh jawaban yang pas dan mengena. Kreativitas sangat dihargai termasuk upaya mengantisipasi potensial problem yangv merupakan kebiasaan dari cara berpikir model ini. Namun  sayang di dunia pendidikan cara berpikir model ini tidak dimasyarakatkan dan tidak disosialisasikan dalam suatu sistem pendidikan yang sistematik dan sistemik. Pendidikan guru sebagai kegiatan penting untuk menumbuhkan cara berpikir lateral juga tidak dibiasakan dengan sistem ini. sehingga dari guru hingga murid selalu menggunakan cara berpikir linear yang lurus dan datar tersebut. Alhasil ketika sang murid kemudian menjadi pejabat pola berpikir linear tersebut bercokol dalam setiap pengambilan kebijakannya. Ini juga yang mengakibatkan amburadulnya persoalan lalu lintas di kota-kota besar di Indonesia.

Postingan populer dari blog ini

3 Golongan Besar Umat Islam

Ada tiga tipe umat terkait sikap mereka terhadap Alquran: dhalimun linafsih, muqtashid, dan saabiq bil khairaat. (1) Dhalim linafsih : Artinya orang yang menganiaya diri sendiri, yaitu mereka yang meninggalkan sebagian amalan wajib dan melakukan sebagian yang diharamkan. Seperti, orang menjalankan salat tetapi korupsi, menjalankan saum Ramadan tetapi suka riya, pergi salat Jumat tetapi menggunjing orang, membayar zakat tetapi menyakiti tetangga, membelanjai istri tetapi juga menyakitinya, berhaji tetapi menzalimi karyawan. Pendek kata, dhalimun linafsih adalah orang yang terpadu dalam dirinya kebaikan dan keburukan, yang wajib kadang ditinggalkan, yang haram kadang diterjang. (2) Muqtashid : Artinya orang pertengahan, yaitu mereka yang menunaikan seluruh amalan wajib dan meninggalkan segala yang haram, walau terkadang masih meninggalkan yang sunah dan mengerjakan yang makruh. Seluruh kewajiban ia penuhi, baik kewajiban pribadi (seperti salat, zakat, puasa, dan haji) maupun kewajiba...

Dibalik Penggunaan Abu Gosok

Abu gosok dikenal masyarakat sebagai bahan untuk mencuci peralatan dapur yang nodanya susah hilang. Biasanya penggunaannya dibarengi dengan serabut kelapa dan air hangat. Di zaman yang semakin modern saat ini jarang kita temui perempuan atau ibu rumah tangga yang masih memanfaatkan abu gosok, meskipun masih ada sebagian dari mereka di beberapa tempat seperti pedalaman desa yang menggunakannya. Seiring dengan munculnya beberapa produk kebersihan alat rumah tangga yang semakin canggih. Sehingga fungsi abu gosok sebagai pembersih alat dapur jadi bergeser dan tergantikan. Sebenarnya abu gosok ini terbilang alami karena berasal dari limbah pembakaran tumbuhan. Biasanya dari sekam padi. Kandungan kalium yang terdapat di dalam abu gosok inilah yang berperan penting dalam menghilangkan noda membandel pada ketel atau peralatan dapur lainnya. Kalium yang bereaksi dengan air menghasilkan Kalium hidroksida yang bersifat basa sehingga mampu bereaksi terhadap kotoran dan mengangkatnya keluar. ...

Berbuat Baik Terhadap Orang Lain

Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan juga demikian, dan kebaikan itu juga sebaik perilakunya. Orang-orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari semua perbuatan itu adalah mereka yang melakukannya hal tersebut. Mereka akan merasakan buahnya seketika itu juga di dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka. Sehingga mereka pun selalu lapang dada, tenang, serta merasa tenteram dan damai. Ketika kita diliputi kesedihan dan kegalauan dalam hidup, maka berbuat baiklah terhadap sesama, niscaya akan mendapatkan ketentraman dan kedamaian hati. Dengan cara, sedekahilah orang yang fakir, tolonglah orang yang terdzalimi, ringankan beban orang yang menderita, berilah makan orang yang kelaparan, jenguklah orang yang sakit, dan bantulah orang yang terkena musibah, niscaya kalian akan merasakan kebahagiaan dalam semua kehidupan yang kalian jalani. Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya, tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya...