Suntikan insulin yang dilakukan setiap hari dirasa menyakitkan bagi banyak diabetesi. Namun kini para peneliti tengah mengembangkan insulin dalam bentuk pil. Uji pil tersebut pada hewan menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Hampir 350 juta orang hidup dengan diabetes di seluruh dunia, bahkan di tahun 2030 jumlahnya akan meningkat hingga 500 juta orang. Kendati tidak semua dari mereka membutuhkan terapi insulin, namun hampir seperempat diabetesi bergantung pada suntikan insulin. Sehingga penjualan pil insulin diperkirakan akan mencapai 8-17 juta dollar AS.
Manfaat dari pil insulin tidak hanya menggantikan ketergantungan pasien terhadap suntikan insulin, tetapi juga memudahkan pasien untuk memulai terapi insulin lebih awal sebelum penyakit berkembang menjadi lebih parah. Artinya, pil insulin dapat mengurangi risiko komplikasi sekunder dari diabetes, seperti kebutaan dan amputasi kaki.
Ide pil insulin sebenarnya sudah ada sejak tahun 1930-an, namun rumitnya proses pembuatannya menyebabkan pil tersebut sulit untuk diwujudkan. Pasalnya, insulin merupakan protein yang ketika terkena kontak dengan enzim lambung akan rusak seketika. Selain itu, jika insulin mau melewati lambung tanpa rusak, artinya molekulnya harus dibuat besar, 30 kali lebih besar dibanding dengan aspirin.
Padahal ukuran molekul yang besar tidak akan mungkin diserap oleh aliran darah. Jika hal itu tidak terjadi maka efek pil insulin tidak akan terdistribusi merata di seluruh tubuh.
Meski begitu, tim peneliti Sanyog Jain di India's National Institute of Pharmaceutical Education and Research akhirnya berhasil menemukan pil insulin dari hasil penelitian bertahun-tahun. Pada 2012, meeka sebenarnya sudah mengembangkan formulasi yang dapat mengontrol gula darah pada tikus, namun materi yang digunakan terlalu mahal jika akan digunakan sebagai obat komersil.
Kini, para peneliti yang mempublikasikan studi mereka dalam jurnal Biomacromolecules, berhasil menemukan metode yang lebih murah dan terpercaya untuk memberikan insulin. Yaitu dengan membungkus insulin dengan lipid (lemak), dan menambahkan asam folat (vitamin B9) untuk meningkatkannya kemampuan insulin untuk diserap ke aliran darah.
Pada tikus, formulasi tersebut bekerja sama efektifnya dengan suntikan insulin. Meskipun, jumlah yang dapat masuk ke aliran darah mungkin masih berbeda. Namun yang penting, efeknya bisa lebih bertahan lebih lama dibandingkan dengan suntikan insulin. Selanjutnya, para peneliti berencana untuk melakukan uji klinis dari pil insulin guna mendapatkan izin edar dari obat tersebut.