Lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) berhasil menggali potensi kolang-kaling menjadi obat terapi nyeri sendi atau osteoarthritis. Lima mahasiswa tersebut adalah Raehana Saria Gahari (FTP), Khusnul Khotimah (FTP), Hasia Azizah (FTP), Yuan Laura (FK) dan Indah Rahma Putri (FK).
Kolang-kaling yang pada umumnya digunakan untuk campuran minuman ternyata memiliki manfaat besar bagi gerak tubuh yang kaku. Yaitu sebagai pangan nutrasetikal yang berfungsi untuk terapi sehat bagi penderita osteoarthritis.
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit persendian degeneratif yang menyebabkan perubahan patologis pada struktur sendi, sehingga menimbulkan rasa sakit yang mengarah pada disfungsi sendi, inflamasi yang muncul sewaktu-waktu dan kecacatan.
Terapi OA umumnya menggunakan Non-Streoid Anti Inflammation Drugs (NSAID's), aspirin, dan berbagai obat analgesik. Namun, obat-obatan tersebut memiliki efek samping toksik terhadap liver, ginjal, gastrointestinal dan mengganggu metabolisme kartilago.
Obat-obatan kimia yang mempunyai efek samping, membuat kelima mahasiswa tersebut berinisiatif menggunakan kolang-kaling sebagai alternatif terapi radang sendi. Kolang-kaling adalah biji buah aren dengan komponen dominan berupa karbohidrat (91,9%). Karbohidrat tersebut sebagian besar berupa galaktomanan, yaitu senyawa polisakarida yang memiliki fungsi analgesik dan anti-inflamasi untuk OA.
Mereka mengubah kolang-kaling menjadi ekstrak galaktomanan kemudian diubah menjadi produk pangan nutrasetikal berbentuk minuman jelly rasa nanas yang enak dan menyegarkan.
Penelitian tersebut dilakukan dengan metode in vivo, menggunakan tikus percobaan dengan berbagai perlakuan ekstrak galaktomanan dari kolang-kaling.
Tikus dibuat seolah-olah mengalami inflamasi kronik yang merupakan indikator OA dengan induksi asam asetat glasial dan Complete Freund's Adjuvant (CFA).
Setelah diinduksi asam asetat glasial pada bagian intraperitonial, tikus mengalami geliat (gerak tidak normal) kemudian bersamaan dengan itu diinduksikan pangan nutrasetikal berbasis galaktomanan kolang-kaling secara oral dan diamati gerak tidak normal selama 70 menit.
Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa ekstrak galaktomanan kolang-kaling memberikan efek yang lebih signifikan dalam menterapi dibandingkan dengan kontrol dan obat Na-Diklofenak.
Tim ini juga berhasil menggali potensi ekstrak galaktomanan kolang-kaling dalam mengurangi bengkak (edema) pada kaki. Tikus diberi perlakuan edema dengan menginduksikan CFA pada bagian intraplantar kanan. Setelah 2 hari, tikus mengalami bengkak maksimal dari volume kaki semula. Kemudian diberi perlakukan secara oral setiap harinya untuk menguji terapi OA dengan ekstrak galaktomanan kolang-kaling.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa galaktomanan memberi efek signifikan dibanding kontrol dan obat komersial dalam hal penurunan volume edema. Karena obat komersial memberi efek gastrointestinal pada pencernaan tikus uji sementara ekstrak galaktomanan tidak memiliki efek yang mengganggu kesehatan.
Penelitian ini telah diikutkan pada Program Kreativitas Mahasiswa Kategori Penelitian (PKM-P) yang mendapat dana sebesar Rp. 10 juta 23 ribu dan akan diseleksi lebih lanjut untuk dapat mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2015.
"Kami berharap penelitian ini bermanfaat bagi penderita OA sebagai terapi sehat menggantikan obat komersial yang cenderung memberi efek gangguan bagi kesehatan dan lebih mahal. Selain itu, mereka berharap nantinya potensi kolang-kaling sebagai salah satu kekayaan alam Indonesia yang melimpah semakin termanfaatkan dengan optimal dalam bidang kesehatan," kata Khusnul.
sumber : Prasetya UB