Langsung ke konten utama

Cara Positif Menanggapi Cita-cita Anak

anak

Setiap anak tentu memiliki cita-cita, mulai dari keinginan menjadi dokter atau pilot, sampai sesuatu yang kedengarannya "lucu" seperti menjadi pohon. Apa pun cita-citanya, dorong anak agar terus mengembangkan dirinya.

Beragamnya cita-cita anak merupakan sesuatu yang wajar karena imajinasi yang dimiliki anak berbeda-beda. Pada usia anak-anak, mereka juga belum mengetahui bakat dan minatnya.

“Ada yang usia tiga tahun sudah tahu cita-citanya apa,  tapi ada pula yang sudah SMA belum tahu mau menjadi apa.  Tak ada patokan usia yang jelas,” ungkap psikolog anak Ratih Zulhaqqi.

Menurut Ratih, kebanyakan anak mampu menetapkan cita-citanya mulai usia 15 tahun. Di usia tersebut mereka mulai mengetahui minat dan bakatnya.

Cita-cita yang kerap berganti-ganti juga sering dialami anak, ini biasanya terjadi karena pengaruh metode belajar dan apa yang dilihatnya dari lingkungan sekitar.

"Ada yang orang tuanya dokter, anaknya juga ingin menjadi dokter, dan ada pula yang orang tuanya dokter anaknya justru ingin menjadi fotografer," ujarnya.

Menurutnya, orangtua tak boleh memaksakan keinginan mengenai cita-cita anaknya. Justru orang tua harus mendukung atau menjelaskan dengan tepat mengenai cita-cita tersebut agar anak bisa mengetahui tidak hanya apa yang dilihatnya. Misalnya jika ia berkeinginan menjadi musisi, jelaskan bagaimana cara mencapainya, kemampuan apa yang harus dikuasainya, dan sebagainya. Sehingga anak tak hanya melihat dari apa tampak di luar.

“Orangtua memang harus terbuka untuk menerima apapun yang di pilih oleh anak. Tapi tentu anak diberikan alternatif pilihan. Jika pilihan antara orangtua dan anak berbeda maka orang tua harus berkomunikasi mengenai alasan mengapa ia memilih cita-cita tersebut,” tandasnya.

sumber : kompas.com

Postingan populer dari blog ini

3 Golongan Besar Umat Islam

Ada tiga tipe umat terkait sikap mereka terhadap Alquran: dhalimun linafsih, muqtashid, dan saabiq bil khairaat. (1) Dhalim linafsih : Artinya orang yang menganiaya diri sendiri, yaitu mereka yang meninggalkan sebagian amalan wajib dan melakukan sebagian yang diharamkan. Seperti, orang menjalankan salat tetapi korupsi, menjalankan saum Ramadan tetapi suka riya, pergi salat Jumat tetapi menggunjing orang, membayar zakat tetapi menyakiti tetangga, membelanjai istri tetapi juga menyakitinya, berhaji tetapi menzalimi karyawan. Pendek kata, dhalimun linafsih adalah orang yang terpadu dalam dirinya kebaikan dan keburukan, yang wajib kadang ditinggalkan, yang haram kadang diterjang. (2) Muqtashid : Artinya orang pertengahan, yaitu mereka yang menunaikan seluruh amalan wajib dan meninggalkan segala yang haram, walau terkadang masih meninggalkan yang sunah dan mengerjakan yang makruh. Seluruh kewajiban ia penuhi, baik kewajiban pribadi (seperti salat, zakat, puasa, dan haji) maupun kewajiba...

Dibalik Penggunaan Abu Gosok

Abu gosok dikenal masyarakat sebagai bahan untuk mencuci peralatan dapur yang nodanya susah hilang. Biasanya penggunaannya dibarengi dengan serabut kelapa dan air hangat. Di zaman yang semakin modern saat ini jarang kita temui perempuan atau ibu rumah tangga yang masih memanfaatkan abu gosok, meskipun masih ada sebagian dari mereka di beberapa tempat seperti pedalaman desa yang menggunakannya. Seiring dengan munculnya beberapa produk kebersihan alat rumah tangga yang semakin canggih. Sehingga fungsi abu gosok sebagai pembersih alat dapur jadi bergeser dan tergantikan. Sebenarnya abu gosok ini terbilang alami karena berasal dari limbah pembakaran tumbuhan. Biasanya dari sekam padi. Kandungan kalium yang terdapat di dalam abu gosok inilah yang berperan penting dalam menghilangkan noda membandel pada ketel atau peralatan dapur lainnya. Kalium yang bereaksi dengan air menghasilkan Kalium hidroksida yang bersifat basa sehingga mampu bereaksi terhadap kotoran dan mengangkatnya keluar. ...

Berbuat Baik Terhadap Orang Lain

Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan juga demikian, dan kebaikan itu juga sebaik perilakunya. Orang-orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari semua perbuatan itu adalah mereka yang melakukannya hal tersebut. Mereka akan merasakan buahnya seketika itu juga di dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka. Sehingga mereka pun selalu lapang dada, tenang, serta merasa tenteram dan damai. Ketika kita diliputi kesedihan dan kegalauan dalam hidup, maka berbuat baiklah terhadap sesama, niscaya akan mendapatkan ketentraman dan kedamaian hati. Dengan cara, sedekahilah orang yang fakir, tolonglah orang yang terdzalimi, ringankan beban orang yang menderita, berilah makan orang yang kelaparan, jenguklah orang yang sakit, dan bantulah orang yang terkena musibah, niscaya kalian akan merasakan kebahagiaan dalam semua kehidupan yang kalian jalani. Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya, tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya...