NUSA DUA - Staf Ahli Bidang Hubungan Antarlembaga Kemenparekraf, Syamsul Lussa menyatakan Indonesia memiliki beragam kuliner yang belum digarap secara maksimal sehingga perlu sentuhan kreatif untuk menjadikannya sebagai makanan khas Nusantara yang dikenal dunia.
"Sedikitnya ada 300 etnis di Indonesia yang memiliki kuliner, namun yang tergarap baru sekitar 10 persen saja. Karena itu kami di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan terus mendorong juru masak mengembangkan kreasi dalam penyajian makanan kepada wisatawan yang datang ke Tanah Air," kata Syamsul Lussa di sela pameran "Food, Hotel and Tourism Bali 2014" di Nusa Dua.
Syamsul mengatakan peluang Indonesia untuk memperkenalkan makanan kepada masyarakat dunia cukup terbuka, karena masing-masing etnis dan daerah memiliki makanan khas yang patut diperkenalkan kepada masyarakat internasional.
"Beragam kuliner tersebut menjadi khazanah menu makanan Nusantara sehingga ini juga menjadi penunjang pariwisata yang ada di Indonesia," ucapnya.
Menurut Syamsul, wisatawan asing yang datang ke Indonesia tidak hanya ingin menikmati keindahan pemandangan dan seni budaya, tetapi mereka juga ingin menikmati kuliner daerah.
"Wisatawan asing juga ingin mencicipi kuliner daerah yang dikunjungi. Namun sampai saat ini belum semua daerah mampu menyajikan makanan tersebut berkelas restoran dan hotel berbintang," ujarnya.
Menyinggung upaya promosi kuliner Indonesia, lanjut Syamsul, seiring kemajuan pariwisata di Tanah Air, maka semua elemen masyarakat dan para juru masak hotel harus melakukan inovasi dan kreativitas sehingga mampu menarik minat wisatawan untuk menikmati menu makan tersebut.
"Kita harus mampu mempromosikan kuliner Indonesia seiring pesatnya perkembangan pariwisata di Tanah Air. Kita harus mampu bersaing dalam menyajikan makanan," ucapnya.
Syamsul mengakui makanan Indonesia yang terkenal adalah rendang. Kini makanan asal Sumatera tersebut sudah mampu menembus pasar dunia. "Rendang menjadi makanan favorit di dunia internasional, bahkan mendapat predikat nomor satu dunia," katanya.
Syamsul mengharapkan setelah masakan rendang dikenal di dunia, nasi tumpeng Nusantara juga akan semakin dikenal di dunia. "Kami sudah lakukan promosi dalam setiap kesempatan pameran. Selain itu, di setiap kegiatan yang berkaitan kuliner di hotel juga disajikan nasi tumpeng Nusantara tersebut," katanya.
Sementara itu, Senior Projek PT Pamerindo Indonesia, Wiwiek Roberto mengatakan pameran "Food, Hotel and Tourism Bali 2014" bertujuan untuk mencari flatform ideal restoran, ritel serta perwakilan perhotelan agar bisa terhubung dengan beragam dan banyaknya produk serta jasa sehingga bisa memberi solusi yang tepat untuk pengembangan bisnis.
"Sejalan dengan perkembangan tren pasar yang dinamis serta terus berubah maka setiap produk perlu dipamerkan sehingga semakin dikenal dan berkaitan dengan bisnis pariwisata tingkat dunia," kata Wiwiek.
Sumber : Kompas