Langsung ke konten utama

Tasyakuran Haji

Manusia Indonesia tidak kalah kreatif dengan bangsa lain, kreatifitas dalam meningkatkan tali silaturahmi kerap dilakukan umat tak terkecuali bagi mereka yang akan berangkat haji. Sebelum berangkat haji sang calon jamaah haji biasa mengundang kerabat handai taulan dan tetangga menghadiri walimatul safar atau walamatul haj, dengan istilah lain dikenal sebagai tasyakuran haji. Sang calon jamaah haji dalam kesmepatan itu biasanya menyampaikan permohonan maaf kepada para hadirin yang hadir karena akan menjalankan perjalanan panjang menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci seraya memohon hadirin mendokannya agar perjalanan yang cukup berat itu berjalan lancar, selamat dan tidak kurang satu apapun, sehingga diharapkan kembali dengan predikat haji mabrur. Disamping itu sang calon haji juga menitipkan anak-famili dan rumah yang ditinggalkan kepada para tetangga yang hadir.

Di Indonesia para calon jamaah haji yang menggunakan ongkos naik haji (ONH) biasa beberapa tahun belakangan ini mesti siap menerima kenyataan bahwa mereka yang mendaftar tahun ini tidak serta merta bisa berangkat tahun depan melainkan mesti antri hingga 10 tahun kedepan. Saking banyak peminat haji sementara kuota yang diberikan pemerintah Saudi terbatas. Dengan demikian calon jamaah yang akan naik haji sekarang ini memerlukan kesabaran luar biasa tidak hanya nanti ketika di Tanah Suci tetapi jauh sebelum berangkat haji meski sudah bayar penuh tetapi mesti sabar menunggu bertahun-tahun lamanya untuk bisa berangkat. Ternyata makin lama naik haji bukan makin mudah tetapi perlu perjuangan ekstra. Namun demikia kabarnya di kompleks sekita Masjidil Haram Mekah tengah berlangsung perluasan kawasan sehingga di tahun-tahun mendatang diharapkan bisa menampung lebih banyak jamaah lagi yang saban tahun tidak pernah menurun bahkan meningkat.

Naik haji memang membutuhkan pengorbanan sebagaimana secara historis kita ketahui cikal bakal ritual haji yang dilakoni keluarga Ibrahim, AS menunjukkan betapa pengorbanan itu kentara ditampil-tunjukkan oleh sang Nabi, Istrinya Siti Hajar dan anak kesayangannya yakni Ismail A.S. Betapa kita ketahui perjuangan dan pengorbanan mereka luar biasa dan memang mereka adalah orang-orang pilihan Allah SWT. Demikian pula halnya para jamaah haji mesti meresapi perjuangan dan pengorbanan keluar Nabi Ibrahim AS tersebut, sehingga saat jamaah haji berada di Tanah Suci akan mampu mengelola dirinya dengan baik agar perjuangan dan pengorbanan selama menunaikan ibadah haji dapat dijalankan dengan penuh keikhlasan. Ujian, perjuangan dan pengorbanan keluarga Nabi Ibrahim AS menjadi model dan contoh tidak hanya bagi mereka yang akan melaksnakan ibadah haji di Tanah Suci tetapi juga bagi umat islam dunia, sebagimana termaktub dalam al Quran bahwa beliau memiliki keteladanan yang patut kita tiru dan amalkan.

Haji mabrur menurut sabda Nabi Muhammad SAW tidak ada ganjaran yang lebih mulia selain syurga. Orang yang mendapat predikat haji mabrur dintunjukkan dalam amalan-amalan yang semakin meningkat lebih baik sepulang dari haji. Ibadah kepada Allah (hablumnimallah) terjaga dan makin khusyuk, demikian pula ibadah muamalah terhadap sesama manusia (hablumminannas) semakin hari semakin berkualitas sehingga kehadirannya ditengah masyarakat sangat bermanfaat. Orang yang mendapatkan haji mabrur ini menjadi sosok yang amat dirindukan manusia karena kebaikan dan kesholehan individu dan sosialnya. Haji mabrur adalah dambaan setiap umat Islam usai menunaikan ibadah haji. Segala hal-hal yang buruk, haram, bahkan syubhatditinggalkan jauh-jauh. Hanya hal-hal yang baik dan membawa manfaat bagi orang lain dan dirinya sedjiri yang tersu menerus ditumbuhkembangkan sepanjanga hari sepanjang hayatnya.

Kembali ke persoalan tasyakuran haji tersebut diatas bahwa upaya calon haji untuk mendapatkan haji mabrur dilakukan mulai dari kawasan tempat tinggal sendiri untuk "membersihkan" diri dan memperkokoh tali silaturahim sesama kaum kerabat dan handai taulan dan tetanggan yang sehari-hari begitu dekat berinteraksi dan merasakan gaung pergaulan antara mereka. Maka melalui tasyakuran haji hubungan emosional persauadaraan sesama muslim diperkukuh, dengan harapan memperoleh keihklasan atas permohonan maaf dan doa hadirin yang hadir. Sang calon haji akan memenuhi panggilan Allah "labbaik Allhuma labaik" bertamu kerumah Allah Baitullah. Sebagai tamu tentu mesti bisa menempatkan diri dengan baik, menerima apa yang ada dan dialami selama menajdi tamu. Bahkan banyak umat yang siap sedia apa saja kemungkinan yang diterima antara kehidupan dan kematian.

Manakala keikhlasan bertauhid dan menunaikan ibadah haji benar-benar telah merasuk maka kematian pun merupakan sesuatu yang didambakan para jamaah haji yang berharap khusnul khotimah. Kehidupan dunia memang sementara dan kehidupan akherat lah yang kekal abadi sebagaimana ajaran Islam mengajarkan umatnya untuk tidak terperangkap dalam kehidupan dunia yang fana ini, sebaliknya menyiapkan diri dalam menghadapi kehidupan setelah mati. Tasyakuran haji memiliki makna menysukuri nikmat yang diberikan Allah kepada dirinya termasuk diberikannya kesempatan untuk menyempurnakan  keimanan selaku muslim sejati melalui penunaian ibadah haji ke Tanah Suci, oleh karena itu tasyakuran haji dipahami sebagai bentuk kesholehan individu dan sosial. Semoga mereka yang akan melaksnakan haji tahun memperoleh haji mabrur. Aamiin ya Robbal Alamin.

Postingan populer dari blog ini

3 Golongan Besar Umat Islam

Ada tiga tipe umat terkait sikap mereka terhadap Alquran: dhalimun linafsih, muqtashid, dan saabiq bil khairaat. (1) Dhalim linafsih : Artinya orang yang menganiaya diri sendiri, yaitu mereka yang meninggalkan sebagian amalan wajib dan melakukan sebagian yang diharamkan. Seperti, orang menjalankan salat tetapi korupsi, menjalankan saum Ramadan tetapi suka riya, pergi salat Jumat tetapi menggunjing orang, membayar zakat tetapi menyakiti tetangga, membelanjai istri tetapi juga menyakitinya, berhaji tetapi menzalimi karyawan. Pendek kata, dhalimun linafsih adalah orang yang terpadu dalam dirinya kebaikan dan keburukan, yang wajib kadang ditinggalkan, yang haram kadang diterjang. (2) Muqtashid : Artinya orang pertengahan, yaitu mereka yang menunaikan seluruh amalan wajib dan meninggalkan segala yang haram, walau terkadang masih meninggalkan yang sunah dan mengerjakan yang makruh. Seluruh kewajiban ia penuhi, baik kewajiban pribadi (seperti salat, zakat, puasa, dan haji) maupun kewajiba...

Dibalik Penggunaan Abu Gosok

Abu gosok dikenal masyarakat sebagai bahan untuk mencuci peralatan dapur yang nodanya susah hilang. Biasanya penggunaannya dibarengi dengan serabut kelapa dan air hangat. Di zaman yang semakin modern saat ini jarang kita temui perempuan atau ibu rumah tangga yang masih memanfaatkan abu gosok, meskipun masih ada sebagian dari mereka di beberapa tempat seperti pedalaman desa yang menggunakannya. Seiring dengan munculnya beberapa produk kebersihan alat rumah tangga yang semakin canggih. Sehingga fungsi abu gosok sebagai pembersih alat dapur jadi bergeser dan tergantikan. Sebenarnya abu gosok ini terbilang alami karena berasal dari limbah pembakaran tumbuhan. Biasanya dari sekam padi. Kandungan kalium yang terdapat di dalam abu gosok inilah yang berperan penting dalam menghilangkan noda membandel pada ketel atau peralatan dapur lainnya. Kalium yang bereaksi dengan air menghasilkan Kalium hidroksida yang bersifat basa sehingga mampu bereaksi terhadap kotoran dan mengangkatnya keluar. ...

Berbuat Baik Terhadap Orang Lain

Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan juga demikian, dan kebaikan itu juga sebaik perilakunya. Orang-orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari semua perbuatan itu adalah mereka yang melakukannya hal tersebut. Mereka akan merasakan buahnya seketika itu juga di dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka. Sehingga mereka pun selalu lapang dada, tenang, serta merasa tenteram dan damai. Ketika kita diliputi kesedihan dan kegalauan dalam hidup, maka berbuat baiklah terhadap sesama, niscaya akan mendapatkan ketentraman dan kedamaian hati. Dengan cara, sedekahilah orang yang fakir, tolonglah orang yang terdzalimi, ringankan beban orang yang menderita, berilah makan orang yang kelaparan, jenguklah orang yang sakit, dan bantulah orang yang terkena musibah, niscaya kalian akan merasakan kebahagiaan dalam semua kehidupan yang kalian jalani. Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya, tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya...