Baru-baru ini pengurus himpunan mahasiswa jurusan ilmu ekonomi FEB UB datang kerumah saya untuk meminta saya menjadi salah satu pembicara dalam kajian ekonomi Islam. Menurut mereka diskusi tentang kajian ekonomi Islam kali ini menampilkan saya dan seorang rekan saya di UIN Malang Dr. Jalal yang juga sesama dosen luar biasa di UB. Sebelum kerumah saya, melalui SMS saya meminta mereka membuatkan surat undangan dari panitia terkait acara tersebut. Surat itu saya perlukan agar memahami apa keinginan mereka atas kegiatan acara yang dibuatnya serta juga ingin mengetahui materi apa yang diminta kepada saya sebagai pemateri dalam acara itu.
Setelah sampai dirumah surat tersebut saya baca ternyata dalam isi surat tersebut tidak saya temukan informasi yang saya butuhkan sepertii tema diskusi, materi yang ditentukan untuk saya sampaikan, juga tidak tertulis berapa lama acara itu berlangsung dan berapa menit/jam masing-masing pemateri diberikan waktu untuk menyampaikan materi. Sehingga surat yang diserahkan kepada saya itu tidak memuat informasi penting kecuali tertulis akan ada acara kajian ekonomi. Saya sampaikan kepada mereka agar hal-hal yang tampaknya sepele itu jangan sampai terjadi apalagi acara pengurus HMJ-IE FEB ini resmi dan akan diikuti banyak peserta. Semestinya sebagai mahasiswa aktivis perlu lebih teliti dan akurat lagi dalam membuat surat untuk suatu kegiatan yang mengundang dan melibatkan banyak orang. Kerapkali memang panitia lalai dalam mengantisipasi segala sesuatunya terkait rencana kegiatan.
Kecakapan dalam mengantisipasi potensi masalah merupakan salah satu kecakapan yang diperlukan dalam setiap kegiatan kerja baik di kantor, di sekolah, di kampus atau di organisasi. Kesigapan, kecermatan, ketangkasan kita memahami pekerjaan yang akan kita lakukan tidak terlepas dari kendala, persoalan dan situasi yang mengitari pekerjaan tersebut. Hal-hal yang saya paparkan diatas tidak hanya memfenomena dikalangan mahasiswa tetapi juga bisa terjadi dikalangan dosen, atau profesi apapun yang berkaitan dengan kinerja seseorang. Keterampilan yang sigap, tangkas, cekatan dan sejenisnya itu bukanlah sifat-sifat bawaan melainkan perilaku yang dapat dibiasakan apabila kita menyadari akan pentingnya sifat-sifat itu melekat pada diri kita. Keseriusan dan fokus atas pekerjaan yang akan kita lakukan bisa membuat kita terbiasa untuk melakukan kegiatan lainnya. Hal-hal ini yang mestinya dibiasakan oleh mahasiswa meski di bangku sekolah dan kuliah mungkin saja jarang ditemukan proses pembentukan karakter anak didik yang memperkuat sifat-sifat atau kecakapan yang dipaparkan diatas, tetapi bukan berarti hal-hal semacam ini tidak mungkin bisa dimasukkan dalam proses pembelajaran atau perkuliahan. Tergantung bagaimana guru atau dosen mampu mengemas materi ajarnya secara baik yang membuat peserta didik berkembang soft skillsnya.
Guru dan atau dosen yang membagi murid-muridnya dalam kelompok tugas bisa menerapkan sistem dan cara yang membuat anggota kelompok terasah berbagai kecakapan yang telah disebut diatas. Misalnya, semua anggota kelompok mendapatkan giliran untuk menjelaskan kegiatan yang dilakukan di kelas dan dibiasakan berkomunikasi secara efektif. Disamping itu guru juga mesti dekat dan memahami secara personal dengan watak anak didiknya, mengerti sikap positif dan negatif masing-masing anak didiknya, sehingga mudah untuk membina anak didik kearah yang lebih baik. Sudah barang tentu untuk melakukan hal-hal tersebut sang guru mesti memiliki juga soft skills yang mumpuni, sehingga dengan mudah beliau dapat mengarahkan kegiatan yang dilakukan anak didik agar kecakapan soft skills nya itu meningkat.
Dalam kesempatan pertemuan dengan para mahasiswa itu saya juga menyampaikan agar mereka tetap menjadi aktivis yang antusias dan terus belajar meningkatkan soft skills melalui berbagai kegiatan diluar bangku kuliah. Mengikuti kegiatan akademik saja tidaklah cukup karena kita membutuhkan kerja profesionalitas yang dibentuk dari kekuatan kepribadian dan kemampuan interaksi dengan orang lain secara terus menerus. Semakin kita memiliki "jam terbang" dalam berinterkasi dengan orang lain, semakin kita mampu memahami orang lain, dan hal ini berguna bagi kita saat mengerjakan sesuatu yang mengharuskan kita memimpin atau mengorganisir orang lain. Pemimpin, orang terkemuka dan orang-orang yang dianggap sukses di masyarakat selalu berasal dari lingkungan yang kerap terjalin interaksi secara optimal.
Namun demikian seorang aktivis mahasiswa juga tidak boleh lalai terhadap kewajibannya dalam menuntut ilmu sesuai bidang yang dikajinya. Bahkan kemampuan akademik kita akan dapat lebih teruiji manakala terjadi sinergitas yang baik antara kegiatan ekstra kurikuler dan kegiatan kurikuler sepanjang sang mahasiswa fokus dan memiliki ketertarikan, minat tinggi untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan. Pengetahuan akademik plus kecakapan personal dan interpersonal yang piawai akan membawa sang mahasiswa aktivis tersebut pada kesempatan terbuka menjadi pemimpin ditengah-tengah masyarakat baik semasa masih menjadi mahasiswa atau pun setelah selesai kuliah dan melanjutkannya di dunia kerja.