Kondisi lalu lintas di negeri ini sungguh memprihatinkan. Rasaya malu kita jika membawa tamu dari luar negeri yang di negaranya itu sangat tertib dan nyaman berlalu lintas. Tidak usah jauh-jauh di negara tetangga Singapore dan Malaysia kita menyaksikan betapa tertib dan teraturnya masyarakat disana berlalu lintas di jalan raya. Mungkin ada yang bilang tentu saja mereka negara kecil dengan sedikit jumlah penduduk, saya kira alasan seperti ini bersifat membela diri saja, tidak ingin mengakui bahwa negara kita telah gagal dalam membenahi persoalan lalu lintas. Di negara Amerika Serikat yang penduduknya jauh lebih besar dari Indonesia tetapi fenomena berlalu lintas disana sangat jauh lebih baik kondisinya dari pada di Indonesia. Jadi, persoalan kesemrawutan di jalan raya bukanlah karena masalah besar kecilnya jumlah penduduk suatu negara tetapi hal ini menyangkut manajemen pemerintahan yang dijalankan dengan sungguh sungguh, amanah dan memiliki kualitas kerja yang tentunya jauh lebih baik dari pada pemerintah kita.
Saya ambil contoh terkait mengendarai kendaraan bermotor di Indonesia, kita saksikan banyak pengendara sepeda motor jika belok kiri dipersimpangan jalan tampak lampu lalu lintas akan terus saja nyelonong tanpa tengok kanan kiri, ia akan merasa aman dan seolah meminta orang lain mengerti dirinya mau belok kiri, pengendara yang meluncur di kanan mesti mengalah. Aturan ini memang tidak diberlakukan dan para pengendara ketika mengajukan permohonan pembuatan surat izin mengemudi (SIM) tidak diajarkan atau tidak dididik untuk mengikuti aturan seperti itu. Oleh karenanya seringkali terjadi kecelakaan lalau lintas di jalan raya. Kalau di negara Singapore atau Malaysia telah amat jelas aturannya dan menjadi kebiasaan pengguna jalan bahwa di jalan raya kendaraan dari arah kanan selalu diprioritaskan, artinya jika kita sedang mengendarai mobil di jalan raya Malaysia dan pada saat sampai dipersimpangan jalan ingin belok kiri atau kanan maka kita mesti melihat dulu apakah ada kendaraan lain yang akan melintasi didepan kita dari arah kanan, jika tidak ada atau masih jauh maka setelah berhenti sejenak dipersimpang teresbut kita bisa langsung belok sesuai keinginan kita. Namun jika kendaraan di sebelah kanan sudah sangat dekat, maka kita mesti berhenti sejenak dan mengalah untuk memberikan kesempatan kendaraan di sebelah kanan kita terlebih dauhu melintas di depan kita, demikian aturan yang sudah melekat dan kita saksikan di jalan-jalan kota baik di Malaysia atau di SIngapore. Sehingga kiota melihat dikedua negara itu meski padat lalulintasnya tetapi tetap tertib dan mengikuti aturan seperti yang dijelaskan tadi.
Sedangkan di Indonesia tidak demikian, mereka yang naik sepeda motor khususnya malah kerapkali menyerobot dan tak tahu menahu seperti digambarkan pada awal tulisan ini. Bahkan pendara sepeda motor selap selip sana-sini, muncul ketidak tearaturan-luar biasa di jalan-jalan raya Indonesia. Belum lagi berbagai jenis kendaraan baik yang mewah, layak pakai hingga kendaraan jaman dulu ikut meramaikan jalan-jalan dengan berbagai ketidaktertiban di jalan raya. Kondisi semacam ini sudah amat lama bertahun-tahun tidak ditangani secara tanggap, cekatan, cepat dan tepat oleh pemangku kepentingan dalam hal ini pemerintah yang diberi amanah mengatur masyarakat. Tapi coba kita lihat tidak kunjung usai masalah lalu lintas kita ini, mobil motor makin banyak dan kerunyaman makin menjadi-jadi, apalagi jika respon pemerintah masih biasa-biasa saja, padahal kasus ini akan sangat mengganggu dan tidak mustahil dalam beberapa tahun mendatang jika tidak diantisipasi dengan baik situasi "Chaos" atau kekacauan lalu lintas tak terkendali akan dihadapan kita.
Manakala tamu-tamu kita dari luar negeri yang sistem angkutan umum dan lalu lintasnya sudah demikian tertib datang ke Indonesia mereka akan kaget dan geleng-geleng kepala melihat seliweran kendaraan terutama sepeda motor yang demikian banyak berjalan dengan zig zag, 'sradak-sruduk' tak beraturan. Demikian pula cara berkendara di jalan raya sungguh tidak sehat untuk dijadikan contoh. Kondisi lalu lintas yang serba tidak tertib, apalagi kalau sudah macet maka tingkat kedisplinan menurun ke titik nadir sehingga keruwetan berlalu lintas semakin tidak terkendali. Fenomena ini bisa saja lantas dikaitkan dengan periolaku, watak dan sikap manusia Indonesia yang direpresntasikan dalam karut marut berlalu lintas. Ketidateriban dan ketidakdisplinan pengguna jalan secara manusiawi terjadi dikarenakan situasi tidak nyaman berada di jalan raya. Angkutan umum yang memadai dan nyaman tidak terwujud sementara kendaraan pribadi memenuhi jalan-jalan, kapasitas jalan tidak mencukup akhirnya terjadilah perangai buruk di jalan raya.
Sudah tentu angkutan umum massal dan memadai mesti dibenahi. Dinegara-negara yang sangat disiplin lalu lintasnya mereka amat memerhatikan dan menaruh perhatian pada angutan umum yang representatif aman dan nyaman sehingga mereka (penduduknya) lebih senang naik angkuta umum dari pada mobil atau motor pribadi. Dengan demikian kita tidak menyaksikan kendaraan pribadi yang demikian banyak. Di Indonesia sepeda motor amat sangat banyak dan ini wajar karena disamping relatif murah harganya dikarenakan angkuta umumnya amat buruk baik dari segi kualitas pelayanan maupun jumlahnya. Pekerjaan rumah para pemangku kepentingan yang mengurusi dinamika kehidupan masyarakat ini tidak gampang tetapi anehnya banyak sekali yang ingin jadi pemimpin. Mereka hanya melihat yang enak-enak saja, padahal kalau mereka tahu begitu dhasyatnya kelak dimintai pertanggungajwabannya maka mereka tentu akan berucap inalillahi wainnailahi rojiun, suatu musibah diberikan amanah memimpin rakyat.