Langsung ke konten utama

Kecakapan Soft Skills TIMNAS U-19

Menyaksikan daya juang pemain timnas U19 Indonesia kita berdecak kagum. Betapa tidak karena semangat yang ditunjukkan para pemain bak semangat juang 45 pada masa revolusi kemerdekaan RI dimana para pejuang 45 bertempur habis-habisan dengan tentara Belanda dan Sekutu. Semangat dan daya juang inilah yang mengantarkan Timnas U 19 kita meraih kemenangan melawan Korsel dengan skor 3-2 yang membawa Timnas ini maju ke putaran final piala Asia di Myanmar.  Kegigihan, semangat menggebu-gebu pantang menyerah, kekompakan, kebersamaan dan sejumlah sikap-sikap positif itu sebenarnya merupakan bagian dari soft skills.

Pada tulisan-tulisan saya terdahulu tentang persepkabolaan nasional saya pernah menyatakan bahwa kecakapan teknik dan kekuatan fisik semata tidaklah cukup untuk memenangkan permainan sepakbola, karena yang dibutuhkan adalah kecakapan non teknis yakni soft skills seperti yang ditunjukkan oleh para pemain timnas U 19 saat mengalahkan Korsel. Memang penelitian tentang penting soft skills tersebut dilakukan pada dunia pendidikan dan industri, tetapi saya beranggapan bahwa soft skills juga diperlukan di sector lain termasuk olah raga, dalam hal ini sepakbola. Mengapa soft skills itu penting? Karena soft skills terkait dengan prestasi unjuk kerja (kinerja) dan kinerja itu tidak hanya di perusahaan dan di dunia pendidikan tetapi juga di dunia olah raga. Dengan demikian pengembangan soft skills para pemain perlu dan penting untuk diperhatikan.

Hubungan pelatih dan pemain yang sangat kondusif dalam memompa semangat pemain merupakan salah satu teknik mengingkatkan kualitas soft skills. Manakala pelaih Indra Syafri mengatakan kepada pemain kalimat beikrut “ kecuali Tuhan semua bisa dikalahkan” merupakan iklim yang diperlukan dalam meningkatkan soft skills pemain. Terbukti kata-kata yang dilontarkan pelatih tersebut sangat melekat di hati pemain sehingga seorang Evan Dimas demkian antusiasnya bermain dan terinspirasi dengan kata-kata yang dicetuskan sang pelatih. Indra Syafir telah melakukan teknik enciptakan iklim kondusif bagi peningkatkan soft skills pemain.

Peran official, pelatih dan jajaran staff yang lain amat dibutuhkan untuk menumbuh-kembangkan sikap profesional dengan memperkuat sisi soft skills mereka, oleh karena itu jangan sampai kenyaman iklim interaksi antara pemaian dan pelatih berserta official terdekatnya itu diganggu oleh “orang-orang” luar tim meski memiliki jzbatan tinggi, untuk turut campur mengarahkan tim. Para pimpinan PSSI yang tidak memiliki pemahaman memadai atas pentingnya soft skills di sebuah organisasi sepakbiola seperti timnas U 19 ini sebaiknya membatasi diri untuk campur tangan secara jauh dalam mengatur organisasi Timnas. Biarkan pelatih dan staff nya menjalankan tugas dengan baik karena telah terbukti situasi kondusif untuk meningkatkan soft skills pemain telah mampu diejawantahkan pelatih dalam interaksinya dengan pemain.

Sebagiaman hasil penelitian unjuk kerja yang menyatakan 80% lebih keberhasilan suatu organisasi itu terlatek pada prestasi unuk kerja anggotanya, sedangkan 20% lainnya merupkan sumbangan hal-hal teknis. Maka jika kita kaitkan dengan timnas U 19, keberhasilan mereka memenangkan pertandingan melawan Korsel 80% disebabkan oleh kekuatan soft skills pemain tim asuhan Indra Syafri itu. Semangat juang, pantang menyerah, kompak tidak egois, bekerjasama bukan sama-sama kerja , percaya diri, fokus dan kecakapan personal serta interpersonal lainnya yang membuat mereka mampu menaklukkan sang juara bertahan Korsel. Apabila kondisi atau iklim interaksi yang telah terwujud kondusif  dipertahankan dan bahkan ditingkatkan lagi bukan tidak mungkin kekuatan soft skills yang lebih dahsyat akan terbentuk pada timnas U 19 ini dan hasilnya nanti kita akan arasakan pemain garuda muda ini akan berjaya dan tampil lebih percaya diri untuk meraih kemenagan demi kemenangan, Jadi, perhatikanlah soft skills pemain secara baik.

Postingan populer dari blog ini

3 Golongan Besar Umat Islam

Ada tiga tipe umat terkait sikap mereka terhadap Alquran: dhalimun linafsih, muqtashid, dan saabiq bil khairaat. (1) Dhalim linafsih : Artinya orang yang menganiaya diri sendiri, yaitu mereka yang meninggalkan sebagian amalan wajib dan melakukan sebagian yang diharamkan. Seperti, orang menjalankan salat tetapi korupsi, menjalankan saum Ramadan tetapi suka riya, pergi salat Jumat tetapi menggunjing orang, membayar zakat tetapi menyakiti tetangga, membelanjai istri tetapi juga menyakitinya, berhaji tetapi menzalimi karyawan. Pendek kata, dhalimun linafsih adalah orang yang terpadu dalam dirinya kebaikan dan keburukan, yang wajib kadang ditinggalkan, yang haram kadang diterjang. (2) Muqtashid : Artinya orang pertengahan, yaitu mereka yang menunaikan seluruh amalan wajib dan meninggalkan segala yang haram, walau terkadang masih meninggalkan yang sunah dan mengerjakan yang makruh. Seluruh kewajiban ia penuhi, baik kewajiban pribadi (seperti salat, zakat, puasa, dan haji) maupun kewajiba...

Dibalik Penggunaan Abu Gosok

Abu gosok dikenal masyarakat sebagai bahan untuk mencuci peralatan dapur yang nodanya susah hilang. Biasanya penggunaannya dibarengi dengan serabut kelapa dan air hangat. Di zaman yang semakin modern saat ini jarang kita temui perempuan atau ibu rumah tangga yang masih memanfaatkan abu gosok, meskipun masih ada sebagian dari mereka di beberapa tempat seperti pedalaman desa yang menggunakannya. Seiring dengan munculnya beberapa produk kebersihan alat rumah tangga yang semakin canggih. Sehingga fungsi abu gosok sebagai pembersih alat dapur jadi bergeser dan tergantikan. Sebenarnya abu gosok ini terbilang alami karena berasal dari limbah pembakaran tumbuhan. Biasanya dari sekam padi. Kandungan kalium yang terdapat di dalam abu gosok inilah yang berperan penting dalam menghilangkan noda membandel pada ketel atau peralatan dapur lainnya. Kalium yang bereaksi dengan air menghasilkan Kalium hidroksida yang bersifat basa sehingga mampu bereaksi terhadap kotoran dan mengangkatnya keluar. ...

Berbuat Baik Terhadap Orang Lain

Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan juga demikian, dan kebaikan itu juga sebaik perilakunya. Orang-orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari semua perbuatan itu adalah mereka yang melakukannya hal tersebut. Mereka akan merasakan buahnya seketika itu juga di dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka. Sehingga mereka pun selalu lapang dada, tenang, serta merasa tenteram dan damai. Ketika kita diliputi kesedihan dan kegalauan dalam hidup, maka berbuat baiklah terhadap sesama, niscaya akan mendapatkan ketentraman dan kedamaian hati. Dengan cara, sedekahilah orang yang fakir, tolonglah orang yang terdzalimi, ringankan beban orang yang menderita, berilah makan orang yang kelaparan, jenguklah orang yang sakit, dan bantulah orang yang terkena musibah, niscaya kalian akan merasakan kebahagiaan dalam semua kehidupan yang kalian jalani. Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya, tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya...