Langsung ke konten utama

Datang dan Pergi

Beberapa hari yang lalu tepatnya hari Senin 8 April 2013, saya sengaja mengunjungi pameran buku-buku islam atau lebih dikenal dengan Malang Islamic Book Fair (IBF) yang diselenggarakan di aula skodam dekat balaikota Malang. Saya memang senang mengunjungi pameran buku meski hanya untuk melihat-lihat saja dan tidak membelinya. Tujuan saya kesana adalah hanya untuk mengisi waktu luang daripada tidur di kamar kos.

IBF sendiri biasanya diselenggarakan pada bulan-bulan tertentu. Misalnya saja pada bulan Juni atau bulan Desember. Buku yang dipajang juga beragam tidak hanya buku-buku islam saja meski namanya Islamic book fair. Mulai dari buku anak-anak, novel, tafsir dan masih banyak lagi. Tapi sebelum masuk ke ruang pameran, dibagian depan aula sudah ada stand-stand yang menjual pernak-pernik yang bernuansa islami, seperti baju muslim, jilbab, dvd islami yang berisi murottal Al-Qur’an dan lain-lain. IBF kali ini berlangsung dari tanggal 6 – 12 April 2013.

Selama hampir 1 jam berada di IBF saya melihat ada beberapa penerbit yang sudah terkenal seperti penerbit Mizan. Tapi ada juga penerbit lokal seperti penerbit Arruz Media Malang. Setelah berkeliling ke semua stand pameran yang ada di IBF, tibalah saatnya untuk bergegas pulang ke kos. Dan lagi-lagi saya tidak membeli satu bukupun dari IBF kali ini. Hehehe.

Saat menuju parkiran, saya tidak sengaja bertemu salah satu teman yang kuliah di universitas brawijaya. Diapun mengajak saya masuk ke dalam lagi untuk menemaninya. Awalnya saya menolak, tapi tidak enak juga kalau menolak tawaran dari seorang teman. Ternyata, apa yang dilakukan teman saya itu tidak jauh beda dengan yang saya lakuin yaitu cuma lihat-lihat saja. Kurang lebih setengah jam berkeliling menemani teman saya, akhirnya kami memutuskan untuk pulang karena waktu juga sudah sore. Ibaratnya saya datang ke IBF itu datang dan pergi. Datang tidak bawa apa-apa, pulang juga tidak bawa apa-apa.

Postingan populer dari blog ini

3 Golongan Besar Umat Islam

Ada tiga tipe umat terkait sikap mereka terhadap Alquran: dhalimun linafsih, muqtashid, dan saabiq bil khairaat. (1) Dhalim linafsih : Artinya orang yang menganiaya diri sendiri, yaitu mereka yang meninggalkan sebagian amalan wajib dan melakukan sebagian yang diharamkan. Seperti, orang menjalankan salat tetapi korupsi, menjalankan saum Ramadan tetapi suka riya, pergi salat Jumat tetapi menggunjing orang, membayar zakat tetapi menyakiti tetangga, membelanjai istri tetapi juga menyakitinya, berhaji tetapi menzalimi karyawan. Pendek kata, dhalimun linafsih adalah orang yang terpadu dalam dirinya kebaikan dan keburukan, yang wajib kadang ditinggalkan, yang haram kadang diterjang. (2) Muqtashid : Artinya orang pertengahan, yaitu mereka yang menunaikan seluruh amalan wajib dan meninggalkan segala yang haram, walau terkadang masih meninggalkan yang sunah dan mengerjakan yang makruh. Seluruh kewajiban ia penuhi, baik kewajiban pribadi (seperti salat, zakat, puasa, dan haji) maupun kewajiba...

Dibalik Penggunaan Abu Gosok

Abu gosok dikenal masyarakat sebagai bahan untuk mencuci peralatan dapur yang nodanya susah hilang. Biasanya penggunaannya dibarengi dengan serabut kelapa dan air hangat. Di zaman yang semakin modern saat ini jarang kita temui perempuan atau ibu rumah tangga yang masih memanfaatkan abu gosok, meskipun masih ada sebagian dari mereka di beberapa tempat seperti pedalaman desa yang menggunakannya. Seiring dengan munculnya beberapa produk kebersihan alat rumah tangga yang semakin canggih. Sehingga fungsi abu gosok sebagai pembersih alat dapur jadi bergeser dan tergantikan. Sebenarnya abu gosok ini terbilang alami karena berasal dari limbah pembakaran tumbuhan. Biasanya dari sekam padi. Kandungan kalium yang terdapat di dalam abu gosok inilah yang berperan penting dalam menghilangkan noda membandel pada ketel atau peralatan dapur lainnya. Kalium yang bereaksi dengan air menghasilkan Kalium hidroksida yang bersifat basa sehingga mampu bereaksi terhadap kotoran dan mengangkatnya keluar. ...

Berbuat Baik Terhadap Orang Lain

Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan juga demikian, dan kebaikan itu juga sebaik perilakunya. Orang-orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari semua perbuatan itu adalah mereka yang melakukannya hal tersebut. Mereka akan merasakan buahnya seketika itu juga di dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka. Sehingga mereka pun selalu lapang dada, tenang, serta merasa tenteram dan damai. Ketika kita diliputi kesedihan dan kegalauan dalam hidup, maka berbuat baiklah terhadap sesama, niscaya akan mendapatkan ketentraman dan kedamaian hati. Dengan cara, sedekahilah orang yang fakir, tolonglah orang yang terdzalimi, ringankan beban orang yang menderita, berilah makan orang yang kelaparan, jenguklah orang yang sakit, dan bantulah orang yang terkena musibah, niscaya kalian akan merasakan kebahagiaan dalam semua kehidupan yang kalian jalani. Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya, tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya...