Warren Buffett, salah satu orang terkaya di dunia, saat masih bocah berusia 7 tahun sempat menjelajahi jalan-jalan di Omaha menjual botol Coca Cola.
Sekarang, Buffet memiliki Bershire Hathaway yang mempunyai nilai aset mencapai 525 miliar dollar AS atau sekitar Rp 6.825 triliun (kurs Rp 13.000 per dollar AS), atau lebih dari tiga kali lipat belanja APBN Perubahan 2015 Indonesia yang "hanya" senilai Rp 1.984,1 triliun.
Nah, apa saja kebiasaan Buffett sehingga dia bisa mencapai posisinya saat ini? Ini rahasianya:
1. Tak pernah berhenti belajar
Dalam surat tahunan ke 50 ke pemegang saham Berkshire Hathaway, Charlie Munger, salah satu pemimpin Berkshire, berbicara mengenai satu rahasia sukses Buffett. Di antaranya:
-Keputusan Buffett untuk membatasi aktivitasnya ke sejumlah hal penting dan memaksimalkan perhatiannya kepada hal tersebut. Dia selalu melakukan hal itu selama 50 tahun. Rahasia kesuksesan Buffett sama dengan alasan bagaimana Roger Federer menjadi petenis terbaik.
Dengan kata lain, Buffett berhasil mengungkapkan apa bakatnya dan fokus terhadap hal itu hingga kemampuannya semakin bertambah dan tajam.
"Saya selalu menggunakan banyak waktu untuk dihabiskan dengan duduk dan berpikir. Dan itu saya lakukan hampir setiap hari. Hal ini sangat tidak biasa pada bisnis Amerika. Saya melakukannya karena saya menyukai kehidupan semacam itu," jelas Buffett.
2. Kesabaran adalah kuncinya
Dunia di sekitar kita bergerak dengan cepat sehingga sulit kita ikuti. Wall Street Journal melaporkan, "Butuh 75 tahun bagi telepon untuk mencapai 50 juta pengguna. Sementara, Angry Birds mencapainya hanya dalam 35 hari."
Salah satu karakteristik Buffett yang mengagumkan adalah kesabarannya. Pada 2003, dia mengatakan:
"Kami membeli sejumlah saham Wells Fargo tahun lalu. Di sisi lain, di antara enam kepemilikan besar kami pada sebuah perusahaan, kami akhirnya mengubah posisi kami di Coca Cola pada 1994, American Express di 1998, Gillette pada 1989, Washington Post 1973, dan Moody's di 200. Para Broker tidak mencintai kami," jelas Buffett.
Simak pula pernyataannya pada 2010:
"Kita akan membutuhkan performa yang baik dari bisnis kita saat ini dan akuisisi besar. Kita sudah bersiap. Senjata gajah kita sudah diisi, dan jari saya sudah gatal ingin menarik pelatuknya."
Pernyataan itu bisa diartikan, saat Buffett berencana membeli bisnis dengan nilai 10 miliar dollar AS, dia bersedia menunggu hingga kesempatan datang dengan sendirinya.
3. Tak ragu memberikan pujian
Salah satu hal yang dapat dilihat dari Buffett adalah kegemarannya memuji tim manajer yang ada di sekelilingnya.
Pada 2009, misalnya, dia memuji Ajit Jain yang mengepalai Bershire Hathaway Reinsurance dan sering diperkirakan sebagai kandidat yang akan menggantikan Buffett di Berkshire. "Jika Charlie, saya, dan Ajit berada di kapal bocor, dan Anda hanya bisa menyelamatkan satu orang, selamatkan Ajit," jelasnya.
Atau pertimbangkan pujiannya kepada Tony Nicely pada 2005:
"Pujian untuk Geico -dan CEO briliannya, Tony Nicely- untuk hasil yang mengagumkan pada sektor asuransi. Tahun lalu, Geico berhasil meningkatkan pangsa pasar, laba tinggi, dan memperkuat brand. Jika Anda memiliki putra atau cucu yang baru lahir, namakan dia Tony," kata Buffett.
Buffett menyadari, dirinya bekerja dengan otang lain yang sama pentingnya dengan dirinya sendiri. Sehingga, di mana pun kita berada, kita harus meluangkan waktu untuk mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu kita dalam menggapai sukses.
sumber : kompas