Nama awal kota ini Byzantium berubah jadi Konstantinopel ketika Turki di bawah kekaisaran Romawi Kuno, kemudian jadi Istanbul sebagai ibu kota Kekaisaran Usmani setelah ”Sang Penakluk” Sultan Mehmed II tahun 1453 merebutnya.
Ketika modernisme Turki membentuk republik tahun 1923 dengan Mustafa Kemal Attaturk sebagai Presiden Turki yang pertama, ibu kota Turki dipindahkan ke Ankara. Nama Istanbul tetap, dengan sebutan baru Kota Segala Kota. Tidak lagi jadi ibu kota, tetapi toh pamornya tak kalah impresif dibandingkan dengan Ankara.
Memasuki Istanbul, pelancong dihadapkan pada sejumlah reruntuhan benteng batu bata merah, sisa Tembok Theodosius, sisa sistem pertahanan kota abad ke-4. Benteng ini terdiri atas tembok dalam dan tembok luar. Tembok dalam dengan ketebalan 5 meter di bagian bawah dan menjulang sampai setinggi 12 meter, yang diapit 96 menara setinggi 18-20 m dengan masing-masingnya berjarak 55 m (John Freely, Istanbul: The Imperial City, 1996).
Reruntuhan bekas Tembok Theodosius merupakan ”pintu masuk” mengagumi Istanbul. Obyek utama kota ini Museum Istana Topkapi di atas lahan 7 hektar itu bukan hanya tempat tinggal raja dan keluarganya, melainkan juga pusat pemerintahan. Seiring dengan hapusnya monarki, istana kekaisaran yang dibangun Sultan Mehmed II pada 1460-1478 itu dijadikan museum sejak 23 April 1924 atas perintah Kemal Attaturk.
Melayari Selat Bosforus, salah satu cara paling mudah menyaksikan selintasan keindahan Istanbul. Selat yang berada antara Laut Hitam dan Marmara itu merupakan urat nadi perdagangan dunia. Dari bawah jembatan yang menghubungkan dua benua, terlihat pemandangan menakjubkan, paduan antara Istanbul lama dan Istanbul modern. Keberagaman Turki pun menonjol, misalnya gereja, masjid, dan sinagoga berdampingan dalam satu halaman.
Kawasan tua memang berada di sekitar Museum Topkapi. Di kawasan ini pula terdapat pasar besar (grand bazaar) yang dibangun tahun 1461 oleh Sultan Mehmed II. Dengan luas pasar yang konon sekitar 1 hektar, di pasar besar ini bisa ditemukan apa saja. Yang penting, pintar menawar.
sumber : kompas travel