Langsung ke konten utama

Indonesia Darurat Narkoba dan Perilaku Amoral

Sebenarnya Indonesia bukan saja darurat narkoba tetapi juga darurat perilaku amoral dan anarkisme. Fenomena perilaku bejat ini bahkan telah merasuki kalangan pelajar dan mahasiswa. Perilaku pelajar kita kian memerihatinkan. Tidak hanya aksi anarkis, tawuran pelajar yang terjadi dimana-mana dan membawa banyak korban jiwa, beberapa waktu lalu terjadi perilaku amoral para pelajar yakni melakukan arisan seks antar 6-7 orang pelajar di Situbondo. Dari sudut pandang tata nilai masyarakat apalagi agama kasus ini tidak kalah memerihatinkannya dengan kasus Bupati Garut Aceng Fikri yang membuat Presiden RI angkat bicara dan bertindak. Semestinya untuk amoral pelajar Presiden perlu turun tangan sebagaimana pada kasus Aceng karena bila hal ini dianggap enteng bukan tidak mungkin bisa membenamkan integritas moralitas generasi muda.

Kekhawatiran lain adalah masalah narkoba. Pencandu narkoba dari kalangan pelajar meningkat tajam. Badan Narkotika Nasional (BNN) pernah mengungkap jumlah pecandu narkoba di negeri ini telah mencapai 3,8 juta jiwa dan setiap tahun memiliki kecenderungan bertambah. Diantara jumlah itu ternyata kalangan pelajar mengambil posisi tertinggi dalam hal pengguna narkoba yang mencapai lebih dari 50% atau sekitar 2 juta pelajar/mahasiswa. Jumlah ini sangat luar biasa apalagi mereka adalah generasi penerus bangsa yang dipersiapkan untuk mengambil estafeta kepemimpinan nasional dimasa mendatang. Apa jadinya bangsa ini kalau banyak dari pelajarnya yang ternyata merupakan pencandu narkoba akut dan berat.

Maraknya aksi-aksi kekerasan, tawuran, perilaku amoral dan penyalagunaan narkoba di kalangan pelajar menjadi bukti bahwa ada sesuatu yang keliru dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia, disamping tentunya penegakan hukum masih jauh dari harapan. Dilayar TV kita saksikan betapa kasus-kasus narkoba bukannya mereda malah merajalela. Dalam wawancara eksklusif di metro TV seorang pelaku jaringan narkoba yang baru pada taraf Bandar narkoba tingkat menengah telah mampu mengeruk keuntungan pribadi miliran rupiah dari bisnis haram ini. Menurutnya sekali antaran melalui jalur laut jumlah narkoba berjumlah triliunan rupiah. Dahsayat bukan kepalang! Sudah bertahun-tahun melakukan kebiasaan buruk ini tanpa hambatan berarti bahkan menurutnya lag ibisnya alias Bandar gede telah “mengamankan” jalur laut tersebut melalui cara “bekerjasama” saling menguntungkan dengan para aparat. Anda bisa bayangkan bagiamna mental bobrok aparat kita. Nah, kalau fenomena ini dianggap biasa oleh Presiden dan pimpinan Nasional maka runyam sudah Kondisi kehidupan di negeri in. Indonesia darurat narkoba!  

Sasaran paling mudah bagi para Bandar narkoba ini adalah kalangan pelajar/mahasiswa. Merasuk kedalam dunia pendidikan membuat bahaya Kondisi Negara ini, mengapa demikian? Karena para pelajar adalah generasi penerus bangsa yang akan memimpin negeri ini. Jika banyak pelajar dan kaum terdidik bangsa ini terjerumus dalam jeratan narkoba maka keterpurukan Negara ini bakal menjadi-jadi dan bukan tidak mungkin menuju Negara gagal. Menyedihkan!

Upaya kampanye BNN menekan pemakaian Narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa tidak akan kunjung berhasil baik tanpa ada kesungguhan pemerintah mengiklis habis penyelundup barang haram tersebut. Pemerintah harus total introspeksi diri sungguh-sungguh membenahi mental aparatnya. Perhatian penuh pada kebersihan dan peningkatan moral aparat dalam kasus ini merupakan langkah awal pemerintah yang mesti ditempuh disamping kampanye BNN di sekolah atau lembaga pendidikan. Sebab biang kerok dari masalah narkoba terletak dari mudahnya barang tersebut masuk ke Indonesia. Bukankah ini menandakan bahwa hukum dan penegakan hukum di Tanah Air lemah dan dilemahkan oleh orang-orang tak bertanggung jawab?

Postingan populer dari blog ini

3 Golongan Besar Umat Islam

Ada tiga tipe umat terkait sikap mereka terhadap Alquran: dhalimun linafsih, muqtashid, dan saabiq bil khairaat. (1) Dhalim linafsih : Artinya orang yang menganiaya diri sendiri, yaitu mereka yang meninggalkan sebagian amalan wajib dan melakukan sebagian yang diharamkan. Seperti, orang menjalankan salat tetapi korupsi, menjalankan saum Ramadan tetapi suka riya, pergi salat Jumat tetapi menggunjing orang, membayar zakat tetapi menyakiti tetangga, membelanjai istri tetapi juga menyakitinya, berhaji tetapi menzalimi karyawan. Pendek kata, dhalimun linafsih adalah orang yang terpadu dalam dirinya kebaikan dan keburukan, yang wajib kadang ditinggalkan, yang haram kadang diterjang. (2) Muqtashid : Artinya orang pertengahan, yaitu mereka yang menunaikan seluruh amalan wajib dan meninggalkan segala yang haram, walau terkadang masih meninggalkan yang sunah dan mengerjakan yang makruh. Seluruh kewajiban ia penuhi, baik kewajiban pribadi (seperti salat, zakat, puasa, dan haji) maupun kewajiba...

Dibalik Penggunaan Abu Gosok

Abu gosok dikenal masyarakat sebagai bahan untuk mencuci peralatan dapur yang nodanya susah hilang. Biasanya penggunaannya dibarengi dengan serabut kelapa dan air hangat. Di zaman yang semakin modern saat ini jarang kita temui perempuan atau ibu rumah tangga yang masih memanfaatkan abu gosok, meskipun masih ada sebagian dari mereka di beberapa tempat seperti pedalaman desa yang menggunakannya. Seiring dengan munculnya beberapa produk kebersihan alat rumah tangga yang semakin canggih. Sehingga fungsi abu gosok sebagai pembersih alat dapur jadi bergeser dan tergantikan. Sebenarnya abu gosok ini terbilang alami karena berasal dari limbah pembakaran tumbuhan. Biasanya dari sekam padi. Kandungan kalium yang terdapat di dalam abu gosok inilah yang berperan penting dalam menghilangkan noda membandel pada ketel atau peralatan dapur lainnya. Kalium yang bereaksi dengan air menghasilkan Kalium hidroksida yang bersifat basa sehingga mampu bereaksi terhadap kotoran dan mengangkatnya keluar. ...

Berbuat Baik Terhadap Orang Lain

Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan juga demikian, dan kebaikan itu juga sebaik perilakunya. Orang-orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari semua perbuatan itu adalah mereka yang melakukannya hal tersebut. Mereka akan merasakan buahnya seketika itu juga di dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka. Sehingga mereka pun selalu lapang dada, tenang, serta merasa tenteram dan damai. Ketika kita diliputi kesedihan dan kegalauan dalam hidup, maka berbuat baiklah terhadap sesama, niscaya akan mendapatkan ketentraman dan kedamaian hati. Dengan cara, sedekahilah orang yang fakir, tolonglah orang yang terdzalimi, ringankan beban orang yang menderita, berilah makan orang yang kelaparan, jenguklah orang yang sakit, dan bantulah orang yang terkena musibah, niscaya kalian akan merasakan kebahagiaan dalam semua kehidupan yang kalian jalani. Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya, tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya...