Dari sekian banyak perguruan tinggi yang mendapatkan bantuan pendanaan dari IDB, baik yang berada di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun yang berada di bawah kewenangan Kemeterian Agama, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dipilih sebagai contoh terbaik perkembangannya. Atas dasar penilain itu, pada acara pertemuan tahunan IDB ke 38 yang diselenggarakan di Dushanbe, Tajikistan, pada tanggal 18 – 20 Mei 2003, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang diundang dan bahkan diminta untuk mempresentasikan sejarah keberhasilannya itu.
Pada kesempatan itu, saya bersama Prof. Mudja Rahardja, menghadiri undangan dimaksud. Semula saya tidak membayangkan, betapa tinggi apresiasi yang diberikan oleh IDB kepada UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Pada acara tahunan itu, pihak panitia hingga menyediakan tempat khusus untuk memamerhan produk-produk akademik yang selama ini dihasilkan. Bahkan sebelum dipersilahkan untuk mempresentasikan sejarah sukses dimaksud, panitia menayangkan vidio berisi success story UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang berisi gambar tentang bangunan, perpustaan, laboratorium, kegiatan ma’had, dan berbagai kegiatan mahasiswa sehari-hari, baik di laboratorium, perpustakaan, maupun tatkala belajar Bahasa Arab dan Inggris di lingkungan kampus.
Islamic Develompmen Bank selama ini telah memberikan bantuan pinjaman berupa dana untuk kegiatan proyek di banyak negara, di antaranya pembangunan insprastruktur, pertanian, pendidikan, kesehatan, pinjaman untuk pemberdayaan masyarakat miskin, berbagai inovasi baru yang diperlukan bagi peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat, dan lain-lain. Dari seluruh proyek yang dibiayai, terdapat enam jenis kegiatan yang dianggap paling sukses, satu di antaranya adalah pengembangan UIN Maulana Malik Ibrahim Malag. Oleh karena itu, dalam acara sertemuan tahunan dimaksud, perguruan tinggi Islam yang semula hanya berupa STAIN dan kemudian berubah bentuk menjadi universitas ini, disediakan waktu khusus untuk mempresentasikan di hadapan ratusan peserta yang datang dari 56 negara anggota IDB.
Pada pertemuan itu, saya yang sudah genap 16 tahun diamanahi memimpin kampus ini merasa sangat bahagia atas pengakuan dan apresiasi yang tinggi dari IDB, dan bahkan juga dari berbagai perwakilan negara-negara yang hadir. Kebahagiaan saya menjadi lebih sempurna, tatkala mengikuti presentasi Prof. Mudjia Rahardja, sebagai Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang baru, mendapatkan sambutan dan apresiasi yang amat tinggi dari semua peserta konferensi. Oleh Prof. Mudji Rahardja dijelaskan bahwa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang bukan saja mengembangkan aspek fisik, beruba bangunan gedung kuliah, perkantoran, perpustakaan, laboratorium, asrama mahasiswa dan lain-lain, melainkan bersamaan dengan itu pula, kampus ini mengimplementasikan konsep baru tentang pendidikan tinggi Islam, yaitu mengintegrasikan antara kajian-kajian yang bersumber dari kitab suci dengan hasil-hasil temuan ilmiah, atau antara ayat-ayat qawliyah dan ayat-ayat kawniyah, atau ilmu-ilmu agama dan ilmu modern, keduanya dikaji secara bersama-sama untuk mendapatkan pemahaman yang luas, utuh, dan mendalam.
Lewat presentasi itu, juga diterangkan bahwa perubahan yang dilakukan oleh UIN Maulana Malik Ibrahim Malang adalah menyeluruh, mendasar dan komprehensif. Perubahan yang dimaksudkan itu mulai dari merubah kelembagaan yang semula berupa STAIN menjadi bentuk Universitas atau UIN, mengintesifkan pembelajaran Bahasa Arab dan Inggris, mengintegrasikan antara bentuk pendidikan tradisional yaitu ma’had dengan pendidikan modern berupa universitas, mengintagrasikan antara ilmu-ilmu agama dan umum, dan lain-lain, ternyata dianggap sukses, baik secara nasional, dan bahkan juga mendapat respon dari IDB dan peserta konferensi yang sedemikian besar jumlahnya itu.
Beberapa komentar posistif dan bahkan berlebihan dari banyak peserta hingga di luar kegiatan resmi konferensi. Mereka sangat menghargai atas penjelasan, bahwa mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, sekalipun mereka berasal dari fakultas atau jurusan sains dan teknologi, ekonomi, humaniora dan budaya, dan psikologi juga belajar Bahasa Arab selain Bahasa Inggris. Apresiasi itu bertambah ketika dijelaskan bahwa tidak sedikit, atau lebih dari 20 % mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, sehari-hari ikut menghafal al Qur’an. Mereka yang hafal al Qur’an, prestasi akademiknya ternyata juga unggul.
Rupanya bagi peserta konferensi, konsep pendidikan Islam yang dikembangkan oleh UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dinilai sebagai hal baru dan menarik. Konsep itu dipandang sebagai sesuatu yang selama ini dicari-cari dan dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas dan sekaligus menjadi gambaran tentang pendidikan Islam yang ideal. Manakala konsep ini bisa diimplementasikan di berbagai negara Islam, maka sosok manusia ulul albaab , yaitu orang yang selalu ingat akan Tuhan, memikirkan penciptaan langit dan bumi, dan selalu memanfaatkan ciptaan Allah iuntuk kepentingan dan sejahteraan umat manusia, maka Islam akan benar-benar berhasil mengubah keadaan dari yang selama ini berada pada posisi kalah, terbelakang, bodoh, dan miskin menjadi khairu ummat, atau umat terbaik yang melakukan peran-peran menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan secara sempurna.
Apresiasi yang sedemikian tinggi terhadap konsep pendidikan Islam yang sedang dikembangkan oleh UIN Maulana Malik Ibrahim Malang juga saya rasakan dari beberapa pertemuan ilmiah sebelumnya, misalnya ketika saya diundang untuk berbicara tentang integrasi antara ilmu dan agama di Sudan, Mesir, Yaman, Saudi Arabia dan lain-lain. Pertemuan ilmiah, khususnya di Sudan dihadiri oleh para pimpinan perguruan tinggi Islam dari berbagai negara Islam. Hal yang menggembirakan lagi, bahwa konsep UIN Malang, oleh Ketua Devisi Pendidikan Rabithal al Alam al- Islami, Dr. Mohammad Alih Madzbuli, akan dijadikan salah satu alternatif bentuk pendidikan Islam di dunia.
Ketua Devisi Pendidikan Rabithah al Alaam al Islamy tertarik pada konsep dimaksud bukan sebatas dari penjelasan saya, melainkan yang bersangkutan pernah berkunjung dan menyaksikan sendiri implementasi konsep dimaksud di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Selanjutnya, saya berpandangan, manakala perguruan tinggi Islam di Indonesia, setidak-tidaknya semua PTAIN diproyeksikan untuk mengimplemetasikan konsep tersebut, maka harapan bahwa Indonesia akan menjadi pelopor kebangkitan Islam akan semakin jelas. Apalagi, IDB sebagai lembaga keuangan Islam telah percaya dan memposisikannya pada tempat yang sedemikian tinggi. Wallahu a’lam.