Langsung ke konten utama

Jam Karet

Apa yang terlintas dalam benak anda jika mendengar istilah jam karet? Pasti anda akan menjawab jam karet itu adalah jam yang terbuat dari karet kan. Jawaban seperti itu tidak sepenuhnya salah dan juga tidak sepenuhnya benar. Lantas apa jawaban yang benar? kalau jawaban yang benar saya juga tidak begitu tahu. Tapi, saya akan mencoba memaparkan tentang jam karet itu sendiri dalam versi saya.

Jam karet adalah jam yang terbuat dari karet itu memang benar. Tapi, disini saya bukan mau memaparkan jam yang terbuat dari karet justru ingin memberi tahu kalau istilah jam karet itu hanya sebuah istilah yang sering dipakai oleh kebanyakan orang. Contoh kecilnya saja, kita pernah membuat janji dengan seseorang untuk bertemu di suatu tempat jam sembilan. Pada kenyataannya orang yang sudah membuat janji kepada kita itu tidak bisa datang tepat waktu seperti yang sudah kita sepakati sebelumnya yaitu jam sembilan. Orang itu malah datang lima belas menit kemudian dan itu masih bisa ditolerir karena kita tidak terlalu lama untuk menunggu. Terkadang, ada juga yang datang sampai setengah jam kemudian kalau yang menunggu orangnya sabar tidak apa-apa coba kalau orangnya tidak sabar pasti sudah ditinggal karena terlalu lama menunggu.

Di indonesia sendiri budaya jam karet masih sangat melekat pada setiap manusianya. Sesungguhnya, jam karet macam itu sangatlah buruk untuk diterapkan secara terus menerus di kehidupan masyarakat indonesia khususnya. Jam karet di Indonesia sudah hampir merambah kesemua sektor. Mulai dari Janji antar teman, keterlambatan berangkat ke Sekolah, pegawai yang terlambat datang ke kantor, dll.

Kenapa Negara Indonesia yang saya jadikan contoh untuk jam karet? Jangan protes dulu, kita lihat saja fakta yang terjadi di lapangan sekarang khususnya kehidupan masyarakat indonesia dan coba anda berpikir sejenak untuk menjawab dua pertanyaan saya ini. Apa kalian pernah datang lebih awal untuk menghadiri suatu acara? atau Pernahkah kalian menunggu seseorang hingga berjam-jam di suatu tempat padahal sebelumnya sudah buat janji? kedua pertanyaan di atas sebenarnya hanyalah pertanyaan sepele tapi lihat jawaban yang keluar pasti dari A sampai Z. Berbagai alasan akan keluar dari orang yang ditunggu maupun orang yang menunggu. Mulai dari alasan klasik hingga alasan modern.

Dari dulu sampai sekarang budaya jam karet sangat sulit untuk dihilangkan. Saya tidak tahu pasti apa yang menyebabkan budaya jam karet sulit dihilangkan. Tapi, kalau menurut saya budaya jam karet itu bisa hilang tergantung pada setiap manusianya. Jika semua manusia sadar akan jam karet yang merugikan tentu tidak akan ada lagi yang namanya jam karet di Negara Indonesia khususnya.

Sejujurnya saya paling tidak suka dengan budaya jam karet disamping melelahkan juga sangat merugikan. Melelahkan karena kita sudah menunggu beberapa lama lalu yang merasa ditunggu malah dengan santi menjawab “maaf ya, alasan A sampai Z”. Merugikan karena telah membuang banyak waktu yang mungkin bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yang lebih. Misalnya kita ingin mengikuti suatu perlombaan yang akan dilangsungkan minggu depan tentu kita perlu latihan. Sangat tidak mungkin kalau kita ingin ikut lomba tanpa latihan apalagi mengharap menjadi juara. Orang yang menjadi juara pun latihannya tidak cukup satu atau dua minggu melainkan berbulan-bulan karena orang tersebut ingin memberikan yang terbaik saat lomba berlangsung.

Nah, sekarang tahu kan betapa sangat ruginya bila kita menerapkan budaya jam karet. Semua waktu yang sangat penting akan terbuang sia-sia tanpa bekas. Pun, meninggalkan bekas itu hanyalah buah dari kekesalan yang tak pasti.

So, hilangkan segera budaya jam karet yang ada pada dalam diri kita.

Postingan populer dari blog ini

3 Golongan Besar Umat Islam

Ada tiga tipe umat terkait sikap mereka terhadap Alquran: dhalimun linafsih, muqtashid, dan saabiq bil khairaat. (1) Dhalim linafsih : Artinya orang yang menganiaya diri sendiri, yaitu mereka yang meninggalkan sebagian amalan wajib dan melakukan sebagian yang diharamkan. Seperti, orang menjalankan salat tetapi korupsi, menjalankan saum Ramadan tetapi suka riya, pergi salat Jumat tetapi menggunjing orang, membayar zakat tetapi menyakiti tetangga, membelanjai istri tetapi juga menyakitinya, berhaji tetapi menzalimi karyawan. Pendek kata, dhalimun linafsih adalah orang yang terpadu dalam dirinya kebaikan dan keburukan, yang wajib kadang ditinggalkan, yang haram kadang diterjang. (2) Muqtashid : Artinya orang pertengahan, yaitu mereka yang menunaikan seluruh amalan wajib dan meninggalkan segala yang haram, walau terkadang masih meninggalkan yang sunah dan mengerjakan yang makruh. Seluruh kewajiban ia penuhi, baik kewajiban pribadi (seperti salat, zakat, puasa, dan haji) maupun kewajiba...

Dibalik Penggunaan Abu Gosok

Abu gosok dikenal masyarakat sebagai bahan untuk mencuci peralatan dapur yang nodanya susah hilang. Biasanya penggunaannya dibarengi dengan serabut kelapa dan air hangat. Di zaman yang semakin modern saat ini jarang kita temui perempuan atau ibu rumah tangga yang masih memanfaatkan abu gosok, meskipun masih ada sebagian dari mereka di beberapa tempat seperti pedalaman desa yang menggunakannya. Seiring dengan munculnya beberapa produk kebersihan alat rumah tangga yang semakin canggih. Sehingga fungsi abu gosok sebagai pembersih alat dapur jadi bergeser dan tergantikan. Sebenarnya abu gosok ini terbilang alami karena berasal dari limbah pembakaran tumbuhan. Biasanya dari sekam padi. Kandungan kalium yang terdapat di dalam abu gosok inilah yang berperan penting dalam menghilangkan noda membandel pada ketel atau peralatan dapur lainnya. Kalium yang bereaksi dengan air menghasilkan Kalium hidroksida yang bersifat basa sehingga mampu bereaksi terhadap kotoran dan mengangkatnya keluar. ...

Berbuat Baik Terhadap Orang Lain

Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan juga demikian, dan kebaikan itu juga sebaik perilakunya. Orang-orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari semua perbuatan itu adalah mereka yang melakukannya hal tersebut. Mereka akan merasakan buahnya seketika itu juga di dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka. Sehingga mereka pun selalu lapang dada, tenang, serta merasa tenteram dan damai. Ketika kita diliputi kesedihan dan kegalauan dalam hidup, maka berbuat baiklah terhadap sesama, niscaya akan mendapatkan ketentraman dan kedamaian hati. Dengan cara, sedekahilah orang yang fakir, tolonglah orang yang terdzalimi, ringankan beban orang yang menderita, berilah makan orang yang kelaparan, jenguklah orang yang sakit, dan bantulah orang yang terkena musibah, niscaya kalian akan merasakan kebahagiaan dalam semua kehidupan yang kalian jalani. Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya, tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya...