Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September 17, 2013

Fenomena Mudik

Mudik dengan melibatkan jutaan pemudik di jalan-jalan setiap tahun pada musim (suasana) lebaran merupakan fenomena sosial luar biasa. Tidak ada satu negara pun di dunia yang dapat menandingi Indonesia dalam memelihara tradisi mudik fenomenal ini. Mudik suatu tradisi yang dikemas dalam suasana religiusitas para penduduknya. Bangsa ini memang sangat kental dengan budaya yang telah mentradisi. Jutaan pemudik baik lewat jalur darat, laut maupun udara menghiasi aktivitas mudik dan arus balik sehari-hari bangsa ini menjelang dan usai hari raya idul fitri yang populer disebut lebaran. Mobilitas yang demikian tinggi itu tentu rentan akan terjadinya hal-hal yang tidak kita inginkan bersama. Berbagai kasus kriminalitas dan kecelakaan transportasi meningkat tajam dalam situasi seperti ini. Ketersediaan dan kesiap-siagaan petugas dan aparat pemerintah yang berwenang mengatasi persoalan mudik dan arus balik tentu tidak akan berjalan baik tanpa adanya peran serta masyarakat khususnya penumpang / p

Revolusi Paradigma Pendidikan di Indonesia

Saya menggunakan kata revolusi dalam judul tulisan "Revolusi Paradigma Pendidikan di Indonesia" ini untuk memaknai bahwa diperlukan perubahan sesegera mungkin terkait arah, fokus, cara pandang, cara melihat, perlakuan, mindset masyarakat umum terhadap pendidikan di Indonesia. Seperti kita ketahui titik tekan pendidikan di Indonesia pada peningkatan kuantitatif ketimbang kualitatif. Pemerintah akan senang apabila dari tahun ke tahun kelulusan siswa meningkat, ukuran kuantitatif penguasaan setiap mata pelajaran oleh siswa juga meningkat, dan sejumlah siswa berhasil memenangkan kompetisi internasional terkait dengan ilmu-ilmu eksakta dan atau berbagai mata pelajaran yang dilombakan. Ketercapaian target luaran ini membuat pemerintah bangga, bersemangat mengumumkannya termasuk melalui media massa. Fenomena dan fakta diatas menunjukkan betapa paradigma pendidikan yang memfasilitasi kecermelangan target luaran dalam bentuk data statistik dan angka-angka keunggulan demikian tinggi

Renungan 68 Tahun Indonesia Merdeka

Indonesia setelah 68 tahun merdeka tentu mengalami banyak perubahan. Memang secara fisik di nusantara ini telah terbebas dari kungkungan dan belenggu penjajah asing terutama Belanda yang menancapkan kolonialisme imperialis di negeri ini beratus-ratus tahun lamanya. Belanda tidak hanya mengambil kekayaan bumi nusantara berupa rempah-rempah, hasil pertanian dan pertambangan yang dibawa ke negerinya tetapi juga melakukan pemiskinan dan pembodohan struktural sehingga rakyat Indonesia hidup memerihatinkan selama penjajahan berlangsung. Kemerdekaan fisik dalam arti angkat kakinya penjajah asing memerintah di Indonesia memang telah lenyap, namun pengaruh penjajahan model baru (yang disebut Bung Karno Presiden pertama kita sebagai neo-imperialisme dan neo-kolonialisme) tak dipungkiri dirasakan oleh kita. Kebengisan, kekejaman, penyiksaan dan pemaksaan (seperti kerja rodi/paksa) terhadap rakyat berlangsung sekian lama dalam masa penjajahan. Kastanisasi, diskriminasi dan pelanggaran hak-hak az

Runyamnya masalah parkir

Beberapa waktu lalu, sebuah koran Ibukota  pernah memberitakan mengenai karut-marutnya perparkiran di Indonesia sehingga parkir menjadi ladang duit para oknum. Kini, ternyata fenomena kenaikan tarif parkir kembali menyeruak dan saya yakin hal ini akan terus muncul selama sumber masalah tidak kunjung tuntas dibenahi. Apa yang menjadi sumber masalah? Tentu penegakan hukum yang merupakan fokus dari persoalan perparkiran ini. Kita sebagai konsumen perparkiran berada di pihak yang selalu kalah dan dikalahkan. Jika ada barang di dalam kendaraan yang diparkir atau bahkan mobil atau motor kita hilang, siapa yang bertanggung jawab? Telah menjadi rahasia umum kebocoran pemasukan di badan pengelola (BP) perparkiran sangat besar. Banyak sekali pola parkir yang diterapkan kususnya di DKI Jakarta yang hanya menguntungkan pihak swasta. Pengelolaan parkir di mal dan pertokoan serta gedung perkantoran yang dikelola pihak swasta menjadi ladang duit mereka. BP perparkiran hanya menerima persentase keci

Menumbuh-suburkan semangat juang 45

Pekik "Merdeka" pada zaman kemerdekaan memang ampuh ditambah lagi dengan teriakan merdeka atau mati benar-benar menginspirasi dan menggerakkan rakyat Indonesia pada masa merebut dan mempertahankan kemerdekaan menjelang dan tidak lama setelah bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya melalui dwituunggal Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945. Tidak hanya berbentuk terikan lantang tetapi yel-yel "merdeka atau mati" itu juga tertulis dijalan-jalan, gerbonng kereta api, tembok-tembok serta diberbagai penjuru yang membuat suasana kala itu menjadi heroik dan patriotik dalam upaya bangsa Indonesia mengusir penjajah dari persada nusantara ini. Teriakan merdeka yang menggema dan tulisan merdeka atau mati yang ditemui di banyak tempat itu menjadi faktor penting mengobarkan semangat juang bangsa ini. Alhasil, semangat juang rakyat yang dihasilkan dari slogan tersebut di era merebut dan mempertahankan kemerdekaan telah memengaruhi gerak dan langkah masyarakat luas dalam berkiprah

Fenomena Kemacetan Usai Lebaran

Jutaan pemudik yang meninggalkan Jakarta telah kembali. Hiruk pikuk lebaran dan suasana lengang di kota Jakarta yang dinikmati hanya beberapa saat telah usai. Maka rutinitas kemacetan di ibu kota kembali kita saksikan. Begitu setiap tahunnya, tanpa perubahan yang berarti dari otoritas yang berwenang untuk mengatasinya. Di Jakarta jarak hanya belasan kilometer harus ditempuh berjam-jam lamanya akibat kemacetan luar biasa. Fenomena nyaris tak berbeda tampak di kota-kota besar di Indonesia, makin hari makin macet bukan sebaliknya. Pada minggu ini sebagian besar masyarakat melakasanakan aktivitasnya seperti sediakala. Tak pelak kita kembali menyaksikan kepadatan di jalan-dalan dan ruang publik lainnya. Banyak faktor normatif yang menyebabkan kemacetan, diantaranya jumlah kendaraan dan sarana prasarana jalan tidak seimbang, disiplin lalu lintas pemakai jalan yang parah, transportasi masal yang terbatas baik secara kualitas maupun kuantitas. Rakyat seakan dibiarkan terus dan harus memiliki

Pujian dan Teguran bentuk perhatian Pimpinan

Dalam kegiatan manajemen di dunia bisnis dan industri salah satu modal tak tergantikan adalah human capital yang senantiasa menjadi perhatian perushaan untuk selalu ditingkatkan kualitas unjuk kerjanya.  Keberadaan karyawan dari level operasional lapis bawah hingga tingkatan manajerial pimpinan merupakan aset penting paling berharga yang dimiliki organisasi (perusahaan). Oleh karena itu, iklim kenyamanan dalam dunia kerja di lingkungan organisasi mereka (karyawan) itu berada amat diperhatikan dan dijaga secara serius agar tetap kondusif bagi karyawan dalam bekerja. Pendekatan mewujudkan atmosfir kerja yang memfasilitasi kualitas unjuk kerja karyawan dan perusahaan dilakukan dalam berbagai cara seperti menyusun SOP ( Standard Operational Procedure ), job description dan job specification serta sejumlah perangkat regulasi yang mengatur kegiatan oragnisasi berjalan secara dinamis positif dan efektif. Semakin besar ukuran organisasi suatu perusahaan semakin jelas dan tertib perangkat r

Rupiah terpuruk Pejabat malah simpan dolar

Beberapa waktu belakangan ini nilai uang rupiah kita terpuruk. Satu dolar Amerika menembus angka sebelas ribu rupiah setelah dulu sempat bertahan lama dibawah sepuluh ribu rupiah. Demikian pula rupiah bila dibandingkan dengan nilai mata uang asing lainnya, dengan ringgit Malaysia saja yang dulu hanya berkisaran tiga ribu rupiah per satu ringgit kini telah mencapai tiga ribu lima ratus rupiah. Sungguh masyarakat sekarang menjadi was-was karena teringat krisis moneter tahun 1997 an yang nilai dolar meroket dibanding rupiah yakni satu dolarnya menembus angka tujuh belas ribu rupiah bahkan mendekati duapuluh ribu rupiah per dolarnya. Meski kekhawatiran ini muncul dikalangan masyarakat tetapi pemerintah tetap merasa yakin bahwa fundamental ekonomi kita cukup kuat untuk tidak diterpa kembali akan krisis moneter seperti di era kejatuhan orde baru. Mungkin saja pemerintah benar, tidak ada krisis moneter jilid 2 sebagaimana terjadi pada tahun 1997 karena kondisi politik negara saat ini jauh l

Sistem dan aturan PEMILU yang tidak Mendidik

Sejak reformasi bergulir belasan tahun lalu segala tatanan sosial berdemokrasi di negeri ini mengalami perubahan luar biasa yang kita akui banyak manfaat tetapi disisi lain juga tidak kurang mudharatnya. Salahsatu aturan yang telah terbukti dengan jelas dan terang benderang membuat ekses negatif adalah dalam kaitan dengan pembiayaan kampanye calon anggota legislatif dan ekskutif (pilkada dan pilpres). Dalam konteks ini para calon yang memiliki dana besar untuk kampanyenya senantiasa diuntungkan sehingga kebanyakan mereka memenangkan pertarungan dalam Pemilu tersebut. Dana besar boleh jadi berasal dari dirinya sendiri baik mungkin karena mereka adalah pengusaha atau memiliki penghasilan besar maupun yang dibantu oleh sejumlah pemilik modal agar calon bersangkutan berhasil memenangkan pemilihan. Pemerintah tidak menanggung biaya kampanye calon sehingga para calon mesti mampu mencari sumber-sumber pendanaan. Sudah bukan rahasia umum lagi atau terang benderang dikehatui khalayak bahwa pa

Meningkatkan Percaya Diri

Dalam skema perilaku manusia ada satu sifat yang tidak gampang diejawantahkan dalam praktek kehidupan sehari-hari, yakni rasa percaya diri. Setiap kita berinteraksi dengan orang lain terlebih lagi menghadapi banyak orang dituntut rasa percaya diri yang tinggi. Jika kita tidak memiliki rasa percaya diri yang tinggi biasanya kita tidak berani melaksanakan sesuatu secara penuh keyakinan dan optimis. Memang percaya diri itu diperlukan tetapi percaya diri yang berlebihan dapat membawa kita overconfidence bahkan ujung-ujung bisa membuat kita takabur alias sombong bin angkuh dan arogan. Sebaliknya, jika kita tidak memiliki rasa percaya diri kita dihinggapi penyakit "takut" atau dalam bahasa lain bisa disebut rendah diri atau orang-orang tua kita dulu yang pernah merasakan hidup dijaman penjajahan Belanda bilang minder wardeh alias tidak punya rasa percaya diri. Dulu tatkala para pemimpin kita berjuan merebut kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan itu dari masuknya tentara sek

Program Kreativitas Mahasiswa Tingkat ASEAN

Pekan Ilmiah Nasional Mahasiswa (PIMNAS) Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kemdikbud pada tahun 2013 ini sebagai tuan rumah adalah Universitas Mataram yang berlangsung pada tanggal 9-12 September 2013 . PIMNAS kali ini menampilkan 400 kelompok PKM dari 106 PTN/PTS seluruh Indonesia yang lolos dan lulus seleksi dari lebih 30 ribu proposal yang dievaluasi DIKTI. Dari tiga puluhan ribu proposal yang masuk tersebut lalu terseleksi beberapa ribu saja yang berhasil mendapatkan pembiayaan dari pemerintah melalui DIKTI Kemendikbud. Dari jumlah itu lalu dilakukan monitoring dan evaluasi atas PKM yang telah memeroleh dana DIKTI atas proposal yang diajukan sebelumnnya. Dari hasil ini kemudian terpilih 400 kelompok PKM   yang lolos seleksi mengikuti kegiatan PIMNAS tersebut diatas. Mengamati hasil karya mahasiswa dalam PIMNAS ke 26 kali ini sebagaimana halnya PIMNAS ke 25 tahun lalu dapat dikemukakan bahwa ternyata para mahasis

3 M = Malang Makin Macet!!!

Sekarang ini kita sebagai warga kota Malang menyaksikan dan mengalami sendiri kemacetan manakala kita keluar rumah untuk beraktivitas entah itu ke kantor, sekolah atau pun ke pasar. Pergerakan kendaraan bermotor luar biasa banyaknya di jalan-jalan kota Malang dan di jalan-jalan tertentu kendaraan tersebut tumplek blek tak bergerak dan jika pun bergerak bak siput berjalan, sangat lamban. Inilah realita bahwa kota Malang mulai terjangkiti virus Ibukota Jakarta yang kepadatan lalu lintasnya di jalan raya nomor wahid di Indonesia bahkan masuk dalam kategori kota berpolusi di seantero jagad raya ini akibat bejibunnnya kendaraan bermotor. Kenapa kepadatan lalu lintas sampai seperti ini? Apa dan siapa yang salah? Kepadatan terjadi karena tidak ada antisipasi dari pihak berkepentingan di bidang ini mulai dari level bawah hingga atas. Daya analisis dalam memprediksi situasi kota Malang kedepannya tidak pernah terejawanthkan dalam bentuk kongkrit. Mereka alpa asyik masyuk dalam situasi kekinia

Manusia butuh kawan bukan lawan

Aristoteles dan sejumlah filosof sepakat bahwa manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan sekitar. Sebagai makhluk sosial dimuka bumi ini tentu manusia membutuhkan teman dalam mengisi kehidupannya. Belajar dari sejarah diciptakannya manusia bahwa Adam sebagai manusia pertama yang diciptakan Allah ternyata tidak sendirian, ia kemudian ditemani Hawa. Singkat cerita, manusia sebagaimana makhluk hidup lainnya melakukan reproduksi, berkembang biak pesat, populasi manusia kian bertambah hingga kini tidak kurang dari lima miliar manusia mendiami planet bumi ini. Dalam hidup ini kita pun menyaksikan betapa manusia secara individu atau pun kelompok senantiasa memiliki kawan disamping lawan. Senyatanya, mencari kawan di dunia tidak semudah mencari lawan. Membina hubungan baik dengan sesama manusia juga membutuhkan waktu dan kualitas interaksi yang memadai, sebaliknya pertemanan yang telah terjalin dengan baik dalam waktu yang cukup lama bisa saja sekonyong-konyong berubah